Wednesday, May 31, 2006
Hidup ini pilihan…
Selalu menjadi bagian dari langkah di setiap kehidupan kita
Namun ketika saatnya tiba, tetap harus memilih, demi dan untuk berbagai harapan…
Ingin rasanya membelah jiwa dan angan
Ingin merengkuh semua asa
Ingin terus telusuri hari yang telah dirajut sekian lama
Ingin membuat semuanya berjalan seimbang dan harmoni
Dan kini, semua kembali pada fitrah dan kodratnya
Tinggalkanku merenungkan kapan waktunya itu tiba untukku….

Ps. Telah diputuskan olehmu Vie, mama Diva, wanita yang harus memilih diantara kehidupan keluarga dan karir, membuat saya kehilangan salah satu teman di kantor hari ini. Semoga apa yang menjadi impian dapat diwujudkan olehNYA, Amien….
 
posted by Giel at 3:47 PM | Permalink | 0 comments
Saturday, May 27, 2006
Air mata duka Jogja…
Rasa senyap dan sendu terasa
Belum lepas ingatan duka aceh
Masih menanti redanya amarah merapi
Alam sudah menyapa dengan caranya
“sing sabar… tawakal….”
Menguak misteri alam bukan waktunya,
Namun menghargai dan mensyukuri alam, sekaranglah saatnya.

Ps: sangatlah ikut berbela sungkawa untuk saudara-saudara di Jogja dan sekitarnya yang terkena bencana alam gempa yang berkekuatan 5,9 richter pada dini hari tadi.
 
posted by Giel at 1:27 PM | Permalink | 0 comments
Friday, May 26, 2006
From the cocoon to the butterfly!
Berawal dari sini….

Saya dilahirkan di Bandung tahun 1969 bulan February di hari yang ke 24 oleh seorang wanita hebat yang sekarang menjadi panutan saya sampai saat ini. Tidak pernah sekalipun beliau memarahi, membentak apalagi sampai memainkan tangannya. Beliau aktif bekerja di Depdikbud Jabar hingga pension tahun 1991. Sosok seorang Bapak adalah penyeimbang dari kelembutan seorang ibu, beliau sangat tegas dan keras, namun dibalik semua itu beliau adalah seorang yang penuh dengan kasih saying dan perhatian. Beliau pension di tahun yang sama dengan istrinya dari PN Pos dan Giro.

Masa kecil saya di habiskan di daerah yang letaknya tak jauh dari Gedung Sate, di jalan Titiran hingga tahun 1975 kami pindah menempati rumah yang agak besar di daerah Cikaso. Ketika umur lima tahun, saya sudah merengek minta disekolahkan di SD, waktu itu saya tidak mau masuk TK karena saya melihat TK suka diantar-antar oleh orang tuanya, sedangkan anak-anak SD sudah bisa berangkat sendiri. Akhirnya, saya ‘dititipkan’ oleh orang tua saya ke satu sekolah di SDN Gatot Subroto yang terletak di kompleks tentara. Kalau naik ya berlanjut kalau tidak mampu ya ulang lagi saja, begitu pesan kepada kepala sekolah yang menerima kami. Girang hati menikmati masa sekolah saat itu, setiap pagi hari saya pergi dengan membawa botol minuman berisi teh manis dan uang jajan Rp. 5,- yang cukup untuk membeli kerupuk dan pecel… he he he…. Waktu dulu saya hobi sekali membaca buku, komik atau koran ‘suara karya’ sambil tidur-tiduran di lantai, hingga pada saat kelas 4 saya sudah harus menggunakan kacamata. Saya pernah menangis dan mogok pakai kacamata karena diledek oleh teman laki-laki ‘ada john lenon… ada john lenon…’ he he he.

Selepas SD tahun 1981 saya diterima di SMP N 14 Bandung ditempuh dengan berjalan kaki selama 15 menit. Disinilah saya mulai merasakan jatuh cinta kepada seorang laki-laki batak, namun saying dia tidak merespon apa yang saya rasakan… he he he…. Saya bersyukur memiliki orang tua dan keluarga yang hobi bepergian. Dimana ada kesempatan di hari minggu, pasti kami pergi keluar kota, bisa menginap atau hanya pulang hari saja. Biasanya kalau menginap kami lebih suka memilih cipanas garut sedangkan kalau hanya pulang hari kami selalu sepakat memilih puncak lokasinya. Perjalanan pertama yang sangat jauh dan melelahkan adalah di tahun 1982, kami melakukan perjalanan ke Bali dengan menggunakan kereta api dan menyewa mobil untuk di bali selama 10 hari. Pulang dari sana, saya langsung membuat semacam laporan perjalanan di tulis di kertsa polio bergaris sebanyak 5 lembar bolak-balik… wah, kemana ya catatan itu?

Sungguh tak diduga, ternyata laki-laki Batak yang kutaksir ternyata diterima di SMA yang sama dengan saya, di SMAN 1 Bandung, asik!!! Masih ada waktu untuk bisa terus menatap dia… namun harapan untuk lebih dari itu susut sudah… bertemanpun hanya sampai kelas 2 saja, yang waktu itu kita memilih jurusan yang berbeda… selamat jalan Rocky! Masa SMA dipenuhi dengan segala kenangan indah, dari mulai acara bolos bersama hingga kegiatan ektrakulikuler yang banyak menorehkan tambahan prestasi sekolah, paduan suara. Namun banyaknya kegiatan itu tidak mengurangi prestasi belajar saya saat itu. Diterima di UNPAD tahun 1987 melalui program PMDK karena tidak pernah surut rangking dari rangking 3 terbesar. Alhamdulillah….




Masa kuliah lebih banyak lagi menggoreskan kenangan indah… Jurusan Antropologi yang saya pilih, banyak memberikan saya kesempatan, dapat menyalurkan hobi jalan-jalan dan menulis, karena di setiap mata kuliah selalu ada prakteknya. Dari mulai semester empat saya sudah ikut di beberapa proyek penelitian ke daerah-daerah. Mengasikan menghadapi berbagai karakter manusia dan budaya dari suatu masyarakat, membuat mata hati saya terbuka. Lebih dari 10 proyek penelitian yang saya ikuti, cukup membantu saya untuk membeli buku dan membayar kuliah dengan uang sendiri, dari mulai penelitian tentang studi kelayakan telekomunikasi, sistem manajemen pos yandu, evalusi program AMD / siskamling, respon tentang KB Mandiri Program, studi masyarakat yang tuli genetik, studi lingkungan di wilayah sutet, PLTU Paiton, terminal peti kemas Tanjung priuk, diagnostic studi perladangan berpindah, hingga yang terakhir saya terlibat di proyek penelitian biodiversitas di Bandung Selatan, sayang, penelitian ini merupakan penelitian terakhir saya sebelum berakhirnya proyek ini saya memutuskan untuk menerima tawaran bekerja di tempat saya bekerja hingga saat ini.

Dari kepompong suci hingga menjadi ‘kupu-kupu’ yang membuat banyak pula kesalahan sekarang, membuat hidup saya penuh dengan pengalaman lahir dan batin. Dibalik semua itu, saya harus tetap bersyukur memiliki dan menjalani semuanya….


Berakhir di entah kapan….. walahuallam….
 
posted by Giel at 9:02 PM | Permalink | 1 comments
Thursday, May 25, 2006
Bumi Kalimantan yang kutahu dulu….
Kota Banjarmasin adalah kota yang pertama kali aku injak di pulau Kalimantan awal tahun 1993 lalu, menggunakan Kapal Tatamailau selama satu hari satu malam dari kota Semarang. Awalnya Pasar Terapung sebagai tema yang dipilih untuk bahan tulisan skripsi menggoda hati untuk diketahui sebanyak-banyaknya, terutama pada dampak pola perkembangan ekonomi di sekitar wilayah Kuin Utara sebagai focus penelitiannya. Beruntung ada kawan saya yang menetap di kota Banjarmasin mengikuti tugas suaminya, sehingga jadilah saya ikut tinggal disana sebagai base camp-nya. Thanks ya Myke dan Mas Agus.

Nyaris setiap harinya saya datang ke lokasi sebelum sang fajar menyingsing di ufuk timur untuk mengambil data dan wawancara dengan pedagang diikuti oleh aktifitas wawancara dengan ahli kebudayaan Banjar dan tokoh masyarakat, staf pemerintahan terkait dan melakukan studi literatur di berbagai perpustakaan. Menikmati suasana pasar tradisional yang unik, karena penjual dan pendatang hilir mudik dengan menggunakan perahu, sambil sesekali juga membeli kue sebagai pengganjal perut di saat perut yang sudah harus mendapatkan haknya…..

Selain masyarakat setempat yang melakukan transaksi sehari-harinya disana, lokasi tersebut dijadikan sebagai lokasi wisata untuk para pendatang. Bisa jadi ini andalan pariwisata di propinsi ini, selain hutan dan aksi budaya lainnya.

Setelah dua bulan menetap disana, dengan penuh yakin saya pulang ke Bandung untuk mencoba mengolah data, yang sebelumnya saya sempatkan juga jalan ke kota Kandangan, 6 jam dari Banjarmasin dengan kendaraan elf, tempat dimana kakak sepupu menjadi guru dan kepala sekolah di sekolah SLB di kota tersebut. Entah, waktu dulu adrenalin saya begitu besar sehingga perjalanan saya yang sendiri itu terasa ringan tanpa rasa takut…..

Ditengah pergulatan dengan data yang harus diolah, suatu saat saya bertemu dengan salah seorang dosen yang baru pulang doctor dari Berkeley University. Sebelumnya saya bercerita bahwa saya sudah melakukan research di Banjarmasin, namun Bapak Prof. Oekan Soekotjo Abdoellah, menawarkan studi research lain, tapi masih berlokasi di Kalimantan. Tawaran yang langsung saya sambut, mengingat saya bisa mendapatkan ilmu dan pengalaman lain tanpa harus mengeluarkan dana untuk skripsi, pikir saya saat itu…. Tidak ada kata sia-sia, data pasar terapung yang sudah diperoleh masih tetap tersimpan dan menjadi bagian dari kenangan….

“Diagnostic Study of Community Forest Management Project in Diak Lay Village, East Kalimantan” nama proyek penelitian yang didanai oleh Ford Foundation bekerja sama dengan Institute of Ecology (PPSDAL UNPAD). Selama dari bulan Mei sampai September di tahun 1993, saya sebagai asisten peneliti bergelut dengan berbagai aktifitas guna mendukung lancarnya penelitian ini. Saya bersama seorang teman mahasiswa dari jurusan biologi, Novi Tanalepi… (dimana kamu sekarang?) beserta dua orang dosen (Kang Budhi dan Pak Herry) menjadi satu tim yang sangat solid.

Lokasi Penelitian di suatu desa terpencil di kecamatan Muara Wahau, Kabupaten Kutai ditempuh dengan kapal air menyusuri sungai Mahakam dengan waktu tempuh 2 hari satu malam dari ibukota propinsi, Samarinda, namun jika musim kemarau lokasi kelurahan dapat ditempuh dengan jalan darat melalui jalan logging. Mal-adaptasi yang dilakukan selama perjalanan yakni tidak mandi, gosok gigi dan menahan untuk buang hajat. Memang di setiap kapal memiliki ‘kamar mandi’ di ujung buritannya, namun rasanya semua orang dapat melihat pemandangan lain tanpa cela, selain itu kami sengaja menempatkan diri duduk di tempat terdepan dekat kemudi, karena menjauhi polusi suara diesel motor temple. Maka, jika kami harus kepepet ke tempat itu, sepanjang kapal itu, sekitar 12m, kami harus jalan merunduk meminta ijin jalan dan mohon maaf terlangkahi… wah!



Beruntungnya selama kami disana, dapat melihat secara langsung life cycle yang dibalut oleh adat istiadat yang relative masih kental namun nyaris terkikis, dari mulai acara kelahiran, menikah sampai meninggal dunia. Masih ingat betul, minggu pertama datang ke desa Diak Lay, ditepi sungai Telen, disambut oleh suasana duka dengan meninggalnya salah seorang sesepuh disana. Sayangnya dampak modernisasi sudah terserap oleh masyarakat setempat, yang biasanya malamnya diadakan acara berkumpul dengan menarikan tarian ‘kejien’, sekarang diisi oleh joget dangdut bersama… namun, rasa kebersamaan dan gotong royong masih sangat kental terlihat sampai kami meninggalkan desa itu, karena setiap aktifitas keseharian mereka selalu bersifat cluster dan pola perkawinan mereka cenderung endogamy (antar kerabat).

Desa Diak Lay artinya adalah desa yang berada dibawah pohon (Diak: pohon dalam bahasa dayak wehea) Lay, berpenduduk 208 jiwa saat itu, nyaris kami mengenal mereka semua, karena tinggal di areal pemukiman yang berdekatan. Rumah mereka terbuat dari kayu, namun sudah tidak setinggi rumah di jaman dahulu, ketika masih terjadinya konflik antar suku.

Mereka terkondisikan menjadi masyarakat yang berada di kawasan hutan, sehingga pola mata pencahariannya sangat mengoptimalkan sumber daya yang ada disekitarnya, dari mulai berburu, membuka lahan untuk kebun dan berladang dengan pola berpindah (ladang berpindah). Pola ini sangat bersinggungan dengan sistem kebijakan pemerintah dan pihak HPH yang saat itu sudah menggaungkan ‘power’nya guna mempertahankan ekosistem hutan. Banyak sekali pernyataan miring tentang deforestasi oleh para peladang berpindah, padahal kalau tahu saja apa yang di lakukan oleh sebagian HPH yang tidak bertanggungjawab, amatlah mengerikan… pola TPTI (tebang pilih tanaman Indonesia) sudah berubah menjadi Tebang Pasti Tanam Insyaallah….

Dikarenakan masyarakat sering tinggal di hutan dekat ladang, sehingga mau tidak mau saya pun harus tinggal dengan mereka di sana. Begini situasinya…

Ketika malam hanya ditemani sepi dan lolongan anjing pemburu
Ketika hanya dipayungi oleh terangnya purnama dan kedipan bintang
Ketika diselimuti kabut yang menjamah di setiap pagi
Ketika pagi matahari yang menyembul garang di ujung horizon hutan
Ketika siang hanya dilindungi awan yang lincah berpindah cepat
Ketika setiap saat disajikan udara yang lembab dan bau kayu terbakar
Ketika saat tersadar betapa alam memberi arti buat mereka
Ketika mereka membalas semua kebaikan alam dengan caranya
Ketika kutahu, konsep dan strategi tradisional merekalah yang menyelamatkan hutan,
Bagian hutan Kalimantan, hutan kita, paru-paru negara….


Saya nyaris hapal jalan setapak yang menghubungkan antara desa dengan ladang yang berjarak sekitar 8 km, langkah cepat saya hanya terhenti sejenak, mengambil ancang-ancang jika saya harus meniti jembatan sebilah kayu yang banyak bertebaran disana, atau ketika pemandu jalan, Han Geah namanya, mengibaskan parangnya membelah ranting yang menghalangi jalan, terjadi pula saat itu, saya kaget setengah mati, parang yang dikibaskannya itu berdarah-darah, ternyata seekor biawak melintas dan nyaris menyerangnya! Layaknya seorang Indiana Jones mencari harta karun berupa data :P saya malang melintang di jagat raya hutan wilayah itu tanpa rasa ciut dan gentar. Gile benerrrr, saya gak habis mengerti sekarang, lho kok mau ya… kok bisa ya… he he he… maklum kehidupan metropolitan sudah banyak meracuni jiwa!



Suka dan duka datang bergantian selama proyek penelitian itu berlangsung. Duka ketika merasakan kangen pulang ke tanah jawa dan ketika saya merasakan nyaris mati karena jatuh dari tangga kayu sehabis mandi dan terseret di sungai sejauh 10 meter, dengan hilangnya pakaian dan ember yang baru tercuci di sungai itu.

Makanan bukan menjadi masalah buat saya walaupun saya harus memetik kangkung atau pakis dahulu untuk dimasak hanya dengan garam, atau menu yang paling wah adalah ayam yang menjadi hewan langka di desa itu. Pernah suatu sore, saya berniat menuju satu rumah untuk wawancara, namun di depan salah satu rumah terlihat ada yang sedang mengaduk-aduk kuali yang besar, wangi harum masakan lezat sudah tercium dari jauh, nampaknya akan ada kenduri, tapi kok tidak ada pemberitahuan ya… pikirku saat itu… atau mungkin lupa… atau belum…. Dengan harap-harap sambil mengingatkan mereka bahwa kami masih ada di sekitar mereka, saya menyapa dengan amat sangat ramah, waktu itu saya sudah bisa berbahasa dayak wehea sedikit-sedikit, saya tanyakan wah, akan ada pesta ya nanti? Dengan tawa khasnya bapak tua yang bertopi itu langsung menjawab pertanyaan saya, oh, kalian suka juga dengan daging ini? Sambil mengangkat daging ular utuh yang belum terpotong dengan panjang sekitar 2 meter!!! Ampun! Saya langsung pusing dan mual, segera saya ngacir tanpa sepatah katapun!

Ada satu kejadian yang membuat saya malu, ketika itu saya sedang menjemur pakaian di samping rumah, tanpa disadari seekor anak babi memperhatikan semua tingkah polahku dengan dengusannya tepat di tengah jalan yang harus saya lalui jika pulang. Saya melirik dia masih asik tuh menatap… waduh, kejadian nih! Betul saja, saya dikerjarnya ketika saya mencoba untuk melewatinya… semua warga yang melihat terpingkal-pingkal melihat kejadian itu. Dasar babi badung! He he he …

Ini semua sebagian kecil dari perjalanan saya di bumi Kalimantan, ingin sekali napak tilas kesana hanya untuk beberapa hari saja…. Apa masih adakah masyarakat yang mempertimbangkan kosmis lingkungannya melalui pengetahuan lokal dan teknologi yang sederhana? Hanya untuk direnungkan….
 
posted by Giel at 10:55 PM | Permalink | 0 comments
Sunday, May 21, 2006
HKN, bangkit atau berkurang?
Salut buat Gema Nusa yang menyelenggarakan lari 10k di Bandung dalam rangka memperingati Hari Kebangkitan Nasional yang diperingati kemarin. Aa Gym, teruskan ya semangatnya untuk mempersatukan persaudaraan kita yang nyaris hilang…..

Saya itu gak sadar betul kalau hari kemarin itu adalah hari yang semasa saya sekolah dulu selalu diperingati dengan upacara bendera, penuh khidmat dan menimbulkan jiwa patriotik… Apa cuma saya saja ya yang lupa dengan hari bersejarah ini? Aduh…..

Seperti halnya, saya lebih suka memilih posting ketika acara Indonesian idol berlangsung dan lebih suka melihat acara american idol di tengah malam, Soul patrol!!! Vote to Taylor Hicks!! Atau lebih betah melihat acara bola luar negeri daripada pertandingan bola di negeri sendiri…. Melihat lapangan rumput hijau yang asri dan ditata sedemikian rupa dan plus para pemain yang rata-rata berwajah diatas standar….. he he he

Apa artinya itu rasa nasionalisme ku belum bangkit atau berkurang?
 
posted by Giel at 6:04 PM | Permalink | 0 comments
Saturday, May 20, 2006
Omprengan, penyelamat waktu tidurku….
Mempunyai rumah tinggal sendiri di kota Jakarta, seperti mimpi saja untuk saya. Harga yang melejit mengejar langit membuat saya geleng-geleng kepala, gila! Idealnya, boleh dong mimpi sebentar… he he he, memiliki sebuah apartemen atau rumah yah cukup kecillah, di tengah kota Jakarta dan dekat dengan tempat saya bekerja… walhasil, saya bisa menikmati kamar dan tidur lebih lama, karena otomatis, bisa bangun lebih siang… enak sekali mimpimu Gil!

Tapi nasib berkata lain, saya dieliminasi oleh mimpi saya tadi. Dua pilihan sulit yang harus saya putuskan, saya tinggal di tempat kos dekat dengan kantor atau memiliki rumah sendiri dengan ‘bonus’ jauh dari tempat kerja dan banyak menyita waktu. Akhirnya, Bekasi, salah satu kota penyangga ibu kota, menjadi pilihan saya untuk bisa belajar memelihara rumah sendiri setelah bergelut antara logika dan keinginan.

Sekitar 30 km jarak antara rumah dan tempat kerja di daerah Blok M, dimana awal tahun 2001 jarak itu dapat ditempuh dengan 45 menit atau satu jam saja, macet jarang sekali terjadi. Tak jarang saya bisa datang ke rumah ketika azan maghrib tiba. Tapi alamak, apa yang saya alami sekarang? bersama komunitas warga bekasi lainnya, waktu yang dibutuhkan melonjak menjadi 2 jam bahkan lebih, belum lagi macet yang membuat hati dan mental menjadi drop. Believe it or not, pernah beberapa kali saya pergi dari rumah jam 6 sampai di kantor jam 10! Edan rek! Dan terkadang tanpa tahu apa penyebab kemacetan hebat di tol saat itu.

Dibalik semua itu, ada hikmahnya sendiri saya memilih Bekasi, karena saya tidak memiliki kendaraan, omprenganlah yang menjadi pilihan terbaik saya. Pernah pake omprengan kan?

Pool omprengan tepat berada di komplek perumahan Galaksi, tempat dimana saya tinggal. Bisa terlihat mobil-mobil yang berderet rapi di atur oleh ‘preman timer’, dari mulai mobil ber AC atau Non AC semua ada! Dari mobil keluaran baru sampai mobil yang mau pensiun, pokoknya komplit! Dari mulai supir omprengan profesi sampai yang berdasi juga ada. Kita tinggal pilih. Namun sering juga lho, kami berlarian mengejar mobil yang lebih nyaman, pakai acara sikut-sikutan segala ha ha ha. Saya alami dari ongkos 2500 sampai sekarang yang di kenakan tarif 7500 per orang sekali jalan, not bad, mengingat… mengingat….

Setelah sekian tahun menjadi pelanggan omprengan, banyak sekali kejadian lucu atau menyebalkan yang terjadi diatas mobil itu. Pernah ada yang ngedumel sendiri, karena pengemudi sekaligus pemilik tidak mau melewati jalan pintas yang rusak, katanya “mobil jelek juga, gak mau ke jalan tanah” ha ha ha… atau ada yang aktif juga mencoba mengatur arah jalan, ‘ambil kiri pak, depan agak kosong…’, atau kesal dengan pemilik yang terlalu disiplin, tidak mau menyerobot he he he, dan setelah antri rapi dan lama eh…. mampir di pom untuk isi bensin… duh, mbok ya mobil itu diisi bensin waktu pulang gitu lho pak! Ha ha ha…

Satu kali kejadian yang membuat saya malu, waktu dulu omprengan ke Bekasi ada di areal parkir dekat gedung atmajaya. Waktu itu sudah agak malam, saya lihat ada mobil carry yang terparkir disana, di tempa sorot lampu jalan, terlihat bayangan orang yang sudah memenuhi mobil itu, namun jok depan masih terlihat kosong, dengan sigapnya saya buka pintu mobil itu dan hup! Saya duduk, namun mobil itu tidak lantas langsung bergerak, ketika saya lihat pengemudinya, bapak itu dengan senyum dikulum mengatakan, “maaf bu, saya sedang menunggu istri saya.. dan ini keluarga saya…” sontak saya lihat kebelakang diiringi oleh deraian tawa oleh seluruh penumpangnya! Hem…. Malu banget, tanpa mengucapkan maaf saya langsung ngibrit ke luar.. sambil sedikit marah.. kok parkirnya di tempat omprengan sih….. ha ha ha

Awalnya saya gak tau harus berbuat apa jika sedang berada di sepanjang perjalanan itu, antara bengong, ngelamun, baca atau sambil melihat showroom mobil bergerak sepanjang tol, namun sekarang ada solusinya yang bisa membuat tidak terasanya waktu berlalu.. tidur! Ya, setelah bayar ongkos, saya selalu mencoba untuk mencari PW alias posisi wenak untuk menaruh kepala ketika tidur. Sering kali, karena saya duduk dibelakang kepala hanya terantuk antuk dalam ke dagu, kesamping atau kebelakang yang bisa sampai mentok kaca, huaaaa sakit! Herannya, setelah melek sebentar, mata mulai meredup lagi melanjutkan aktifitasnya. Semua penumpang rata-rata kompak dengan kegiatan yang satu ini, tanpa aba-aba pun semuanya terhipnotis tidur….zzzzz….bahkan ada yang sampai mendengkur, bayangkan! di mobil aja mendengkur apalagi di kasur! he he he. Lumayan, waktu sekitar satu jam bisa menjadi kompensasi tambahan waktu tidur saya yang kurang. Ya, omprengan menjadi penyelamat waktu tidur normalku!
 
posted by Giel at 9:35 PM | Permalink | 0 comments
Thursday, May 18, 2006
Let’s rock!
Musik adalah universal
Musik adalah suatu yang dapat kita rasakan tanpa harus kita mengerti….
Musik adalah suatu nuansa kehidupan yang mampu menciptakan damai….
Berbagai bentuk dan ‘bahasa’ musik, tetap kan dapat memberikan warna kebahagiaan di kehidupanmu!


Pasti seru nih pikirku, setelah mendapat kabar baik bahwa ‘bapak’ mau mengajak semua staf untuk nonton konser rock band asal negaranya, Perancis. Astonvilla yang dimotori oleh empat pria yang sangat handal memainkan alat musiknya sehingga musik yang mereka usung sangat enak untuk dinikmati dan membuat badan tak berhenti untuk bergoyang, tanpa perlu kita tahu apa arti lagu yang mereka bawakan, karena sebagian lagu yang mereka dendangkan rata-rata berbahasa “Eiffel”… Maklum, mereka yang sudah aral melintang di kehidupan bisnis bermusik lebih dari 15 tahun dan sudah menelurkan 5 buah album, namun sayang, dari berbagai sumber, di ketahui bahwa albumnya belum pernah release di negera kita, sayang….

Graha Bhakti Budaya, Taman Ismail Marzuki, tempat dimana konser berlangsung cukup ramai dihadiri oleh pengunjung lokal maupun asing malam itu. Kalau sudah begini, rasa nasionalisme mana sih yang tidak terusik, jika kedatangan tamu dari negaranya sendiri, pasti ada rasa ingin memberikan dukungan… gak salah kan?

Harga tiket yang relatif murah, dari Rp. 30,000,- sampai Rp. 50,000,- untuk VIP, didukung oleh lebih kurang 17 kontributor acara, terutama Centre Culturel Français (CCF), Pusat Kebudayaan Perancis, sehingga paket yang dikemas masih tetap mendahulukan kualitas, terasa dari sound system yang digunakan tidak asal-asalan, dan diharapkan dapat menarik pencinta dan pengamat musik. Buat saya pribadi semakin tahu saja, bahwa di negara yang menjadi kiblat mode dunia yang glamour, ternyata masih ada sisi gaya ‘urakan’nya, dari musik Astonvilla!



Lagu yang mereka bawakan sekitar lebih dari 10 lagu tanpa henti. Suasana hingar bingar digrebrakan oleh hentakan drum yang ditabuh oleh Grégory Baudrierg, suara melodi guitar yang meliuk-liuk oleh Emmanuel Barroux, beat yang menghentak dari betotan Bas Damien Habouzit, dan suara khasnya Frédéric Franchitti, berganti-ganti dengan suasana slow rock yang mereka bawakan, membuat sebagian pengunjung yang datang segera beranjak dari tempat duduk ke arah sisi panggung. Melompat-lompat, menghentak-hentakan kepala dan seluruh anggota badan bergoyang tanpa risi dan canggung. Ya, bagian ini yang asik ya….

Banyak info dari internet tentang Fred, sang vokalis yang bersuara kharismatik. Tapi buat saya, tidak hanya itu saja, selain suaranya, dia membuat saya lebih respek dengan apa yang dia pribadi lakukan untuk dunia musiknya. Hanya memiliki satu tangan yang normal, namun dapat memainkan keyboard dan perkusi yang dipantulkan ke dadanya dengan sempurna. Gayanya yang bebas bergerak mengikuti tempo irama dan mencoba berkomunikasi dengan penonton melalui tatapan mata dan senyum…. Panggung yang ditinggalkan dengan cara menghilangnya satu persatu personelnya, dari mulai vokalis, gitaris, basis dan terakhir drumer. Teriakan penonton yang tidak mau di tinggalkan begitu saja, akhirnya membuat mereka muncul lagi dan membawakan lagu penutup. Ucapan Terimaksih nampak fasih keluar dari bibir Fred, sampai ketemu lagi…. Merci! Sungguh, tontonan yang asik untuk terus dinikmati….

Konser Astonvila malam itu, dibuka oleh grup band asal jogja yang di lahirkan 2 tahun lalu, Nextofkin, yang akan launching album pertama mereka “Bolehkah Kupinjam Cintamu Sejenak” di Hard Rock cafe tanggal 28 Mei ini. Grup band rock ini sangat berbeda dengan grup band lainnya yang menjamur saat ini. Perpaduan kontras antara sentuhan musik etnik dan rock menciptakan suatu alunan nada yang unik. Rachel Saraswati, sang vokalis, sangat total berekspresi dikelima lagu yang mereka bawakan. Cengkokan lagam jawa yang dia lagukan saat mengenalkan masing-masing personilnya, gemulai jari tangan dan badannya saat menari dan menciptakan episode teater singkat, membuat penonton tertegun. Tanpa alas kaki dan hanya menggunakan kemben hitam dan dipadu dengan celana selutut sewarna dipadu dengan sabuk kain etnik warna biru berpayet, ditambah hiasan kontemporer di kepalanya, tidak mengurangi rasa dan jiwa konser rock malam itu. Sangat alamiah, cuek sekaligus menggigit… satu episode membuat saya merinding, ketika lampu gedung dimatikan dan vokalis memasuki panggung sambil membawa lampu centir dan menyanyikan langgam jawa…. Suasana trans dan misteri berhasil dia ciptakan! Konser Nextofkin ditutup dengan sebuah lagu yang berlirik satir, menyayat hati dan menggelitik para petinggi yang duduk di kursi pemerintahan dengan mengangkat satu pesan moral “Jangan biarkan Freeport merampas apa yang sudah seharusnya kita miliki”. Salut!



Konser rock yang bertajuk Astonvilla featuring Nexofkin berakhir tepat jam 11 malam, diprakarsai oleh CCF itu membuat saya bertanya…apa kita memiliki pusat kebudayaan Indonesia di negara Perancis yang secara rutin membuat program seperti ini guna mengangkat nama pemusik dan seniman kita berkiprah go-internasinal? Minimal biar mereka tahu saja, bahwa di negara kita tidak melulu dipenuhi oleh koruptor, teroris atau berita miring lainnya…. Hem…
 
posted by Giel at 10:59 AM | Permalink | 0 comments
Wednesday, May 17, 2006
Turning ur dream to reality...
Thats message from utet, fortune teller, to me yesterday....
u r right.... i have a lot of dream....
and i want one of my dreams will be come true, oneday...
but when and how????
 
posted by Giel at 8:30 AM | Permalink | 0 comments
Sunday, May 14, 2006
Kenangkan aku sebagai temanmu!

Tiada kata lain yang dapat saya sampaikan selain rasa terimakasih yang tak terhingga kepada teman-teman yang sudah melihat dan memberikan input untuk blog si agil.

Sungguh, ini salah satu phase di kehidupan saya yang membuat saya tenang dan senang, ternyata saya masih banyak memiliki teman baik yang masih peduli dengan apa yang saya kerjakan.

Banyak support, saran, komentar dan kritik yang saya terima, semua itu anugerah terindah untuk saya. Dari mulai teman yang menanyakan apa itu blog, manfaatnya, untuk apa, dikerjakan kapan, sampai masalah blog title yang ada lambang garpu dan pisaunya, bahkan ada beberapa teman yang minta diajarin… aduh!

Keinginan membuat blog, dulunya mungkin website ya, sudah lama sekali, terinspirasi oleh beberapa website teman saya di geocities atau lainnya, namun masih bingung apa yang mau saya sajikan disana. Namun baru ada semangat belajar ya baru sebulan lalu. Kenapa tidak, karena saya suka menulis, mencurahkan apa yang saya lihat, rasakan dan alami diangkat sebagai bahan tulisan dalam blog. Ternyata sulit-sulit gampang ya buat blog, otomatis saya harus belajar HTML dan bagaimana mengolah foto. Jujur, saya masih harus banyak belajar dan belajar lagi untuk mengupgrade blog ini.

Kalau manfaatnya, saya gak bisa menilai apa manfaatnya dari blog saya untuk pembaca, silahkan saja menilai sendiri…. Namun, ini menjadi salah satu solusi saya dalam mengisi waktu luang di hari sabtu atau minggu, jika saya tidak ada acara atau menunggu waktu ngantuk ketika saya tidak dapat langsung tidur setelah pulang kerja. Namun, beberapa minggu ini saya manfaatkan waktu makan siang saya untuk posting beberapa tulisan dan foto di kantor, lumayanlah untuk mengurangi tagihan internet saya di rumah he he he…

Masalah blog sample yang saya ambil dengan tema Gourmet, itu awalnya saya berfikir, bahwa setiap hari kita makan, yang saat itu pula pasti kita lihat atau pakai garpu, sendok atau pisau sebagai alat bantuannya. Ketika itu pula, diharapkan teman-teman ingat dengan blog saya… he he he… maunya!

Saya akan terus posting apa-apa yang saya anggap perlu dan menarik untuk dipostkan dari sebagian perjalanan hidup saya sampai saya tidak memungkinkan lagi untuk menulis… Ini merupakan diary story publish dari si agil, seorang wanita yang ingin dikenang sebagai temanmu……
 
posted by Giel at 12:40 PM | Permalink | 0 comments
Saturday, May 13, 2006
Selamat Hari Waisak
Untuk pemeluk agama Budha, semoga kelahiran sang Budha membawa berkat untuk umatnya dan alam semesta.

Saat saya pergi ke Banda Aceh dari Medan kemarin, disamping kami duduk seorang Biksu Jakarta yang akan memberikan pelayanan di salah satu Vihara di Banda Aceh. Kami terlibat obrolan yang mengasyikan, dari mulai program mereka di Aceh, yang notabene mayoritas berumat muslim hingga prediksi mereka tentang peningkatan jumlah orang yang memeluk agama Budha saat ini.

Dari gaya bicaranya yang halus tapi tegas, ungkapan yang dia sampaikan serta senyum yang tidak pernah lepas dari wajahnya, tergambarkan bahwa dia seorang yang bijak. Dengan ketulusan hatinya dia menyampaikan rasa syukurnya bahwa kaumnya diberikan keleluasaan bergerak dalam beribadah di penjuru bumi nusantara ini, seperti halnya di Aceh.

Mengenakan jubah kuning yang sangat berpadu dengan warna kulitnya, membuat dia sangat ‘bercahaya’ di mata saya. Mengucapkan tidak mengapa dan terimakasih dengan santun kepada petugas Garuda yang memberikan info bahwa makanan vegetarian yang dia pesan tidak dapat dipenuhi. Menceritakan Borobudur yang menjadikan pusat tempat peribadatan mereka, membuat saya melayang ke tempat yang menjadi salah satu keajaiban dunia itu. Tempat yang sekarang menjadikan salah satu pemberi devisa untuk masyakarat Yogyakarta. Keanggunan tempat itu tercermin pula pada sikap seorang Biksu yang saya temui itu….
 
posted by Giel at 9:46 PM | Permalink | 0 comments
Thursday, May 11, 2006
Welcome to my blog!
Terimakasih waktunya untuk mau melirik blognya Si Agil.
Masih banyak kekurangan disana-sini, maklum baru belajar dan mengerjakan semuanya juga di sela-sela waktu yang relatif sempit....

Akan saya update dan upgrade terus dengan coretan-coretan dari sepenggal perjalanan hidup saya.

Sekali lagi Terimaksih banyak ya.

Penuh cinta dan salam damai
 
posted by Giel at 1:59 PM | Permalink | 0 comments
Monday, May 08, 2006
MP!

Terbayangkan nikmatnya minum kopi ditengah hujan rintik-rintik? Apalagi jika ditambah menu makan yang lain… Macaroni Panggang!

Di bogor ada café dengan nama menu itu di daerah taman kencana Jl. Salak. Rumah tua yang di biarkan bangunan aslinya hanya ditambahkan banyak meja kayu dan kursi besi yang dilapis busa empuk yang bercorak telapak kaki kucing, lucu!

Susunan macaroni panggang siap beli disimpan dalam rak kaca di ruang tengah berbata putih ditambah dengan satu oven besar untuk memanaskan makanan jika ada order untuk langsung dinikmati di café itu. Selain makanan dan suasananya, juga pelayan yang ramah dan cepat menjadikan tempat itu sulit ditinggalkan pelanggannya.

Banyak menu yang ditawarkan dari mulai steak sampai nasi karedok leunca! Nah lho, bingung enggak tuh…. He he he… tapi special menu adalah macaroni panggang, harga yang lumayan terjangkau untuk ukuran small special di hargai 19.000 perporsi, mengenyangkan kok. Ditambah french-fries dan minum lemon squash menimbulkan keinginan untuk balik lagi menyambangi tempat ini jika ke bogor…

Macaroni special memang special dari cita rasanya, dicampur dengan jamur dan beberapa slice daging asap dan taburan keju penuh diatasnya, membuat lidah bergoyang aktif.
Berjamurnya café dan factory outlet yang bertebaran di bogor menambah semaraknya kota bogor hingga menimbulkan macet di titik-titik tertentu jika weekend tiba.
Namun berasa kurang saja jika saya ke kota itu tanpa mampir singgah di café Macaroni Panggang… coba deh!
 
posted by Giel at 6:36 PM | Permalink | 0 comments
Ada hutan di tengah kota…

Anganku waktu dulu, ingin menikmati masa tuaku di kota ini
Sebuah rumah kayu mungil dengan pemandangan gunung gede
Ditemani oleh gemericik air sungai yang mengalir di samping rumah
Disapa angin pegunungan di setiap paginya…
Ah, khayalan yang terlalu indah..


Bogor, ya itulah kota yang sangat beruntung memiliki hutan di tengah-tengah kotanya yang semakin lama semakin kalut dengan angkot hijaunya…
Kebun Raya Bogor, hutan di tengah kota itu, dapat membius pengunjung dengan sajian alamnya yang dapat dinikmati dengan berbagai cara… dilihat, disentuh, dicium, di hirup dan dirasakan…
Betapa nikmatnya alam ini jika semua kota di negara kita tercinta mampu membangun dan atau melestarikan hutan kota dengan serius…

Terlalu jelas jika manfaat dari hutan kota itu dibahas diblog ini, selain itu, banyak pendapat para ahli yang berkompeten untuk menjelaskan hal ini, namun tidaklah salah jika saya yang sudah mendapatkan jiwa dan merasakan indahnya dengan hanya berjalan di hutan kecil itu selama beberapa jam saja… apalagi jika setiap minggu, paru-paru saya akan tersenyum lebar-lebar, penuh kebahagiaan, mendapatkan oksigen murni dan dapat menggantikan udara polusi yang setiap hari saya isap di Jakarta….



Betul, menikmati warna hijau dan degradasinya, juga warna alam lainnya yang natural, menapaki tanah beraroma bau khas yang tersiram air hujan dimalam harinya atau menapaki bebatuan yang tersusun cantik membentuk bunga-bunga dan daun. Sinar matahari yang malu-malu menerobos canopy yang cukup rapat membuat sejuknya bumi yang ditapaki…

Jangan takut tersesat di hutan ini, banyak penunjuk jalan yang jelas bertebaran di sana, atau mungkin anda dan pasangan ingin menyesatkan diri disana? nampaknya banyak juga pasangan yang asik masuk, menghamburkan rayuan dengan memanfaatkan rimbunnya dan romantisnya hutan ini.



Ada sekitar 5 taman dengan kolam dan air mancurnya disana. Hamparan rumput hijau yang luas sangat indah di bawah café de’daunan yang ada di dalam hutan itu… hem, terbayang sudah apa yang terjadi disana, jika hanya ada satu pasangan yang sedang jatuh cinta berada disana.. hanya berdua…. bergulingan tanpa tidak merasakan cemas dan takut jatuh …he he he…



Red bridge, jembatan diatas sungai yang membelah hutan itu dicat dengan warna yang kontas, merah menyala! Cantik memang… jembatan yang bergoyang-goyang jika ada yang melewatinya, karena ditopang hanya oleh seutas kawat baja yang kuat. Sengaja kali ya, ini dibangun untuk menambah rasa romantisnya bagi pasangan yang melewati jembatan ini, sang wanita akan merapatkan badannya atau at least memenggam jari tangan pasangannya dengan kuat meminta perlindungan… hem…. Tapi buat saya, melewati jembatan yang paling menakutkan saya adalah jembatan di hutan Kalimantan Timur, di areal hutan Dayak Wehea, hanya sebatang pohon kayu berdiameter 20 cm sepanjang nyaris 10 meter tanpa bantuan untuk pegangan tangan! Hanya mengandalkan keseimbangan badan! Kapan-kapan saya akan meceritakannya detail diblog ini.

Kebun Raya Bogor, hutan kota ini diharapkan menjadi warisan yang tak ternilai untuk anak cucu kita nantinya, semoga…

 
posted by Giel at 4:23 PM | Permalink | 0 comments
Sunday, May 07, 2006
Bintang biru….


Ada bintang biru di rumahku
Sinarnya mampu membuatku merasakan suasana romantis
Walau hanya dinikmati olehku sendiri…
Terang redupnya menemaniku dan beberapa binatang kecil dirumahku setiap malam
Pancarannya kuhentikan setiap saat ku terbangun
Memberi waktu istirahat sejenak setelah semalam kau selalu terjaga…
Waktu tidurmu ketika aku mencari ‘cara’ untuk terus dapat membiarkanmu memberikan rasa sejuk dan indah di setiap malamku.
 
posted by Giel at 5:53 PM | Permalink | 1 comments
Soka

Ketika soka itu berbunga,
Kasih, soka itu telah berbunga, bahkan berkali-kali berbunga…
Sayang, indah bunga itu tak dapat kau pandangi…
Kan kukirim bunga ini untukmu lewat hati…
Semoga dapat kau nikmati juga…
 
posted by Giel at 5:40 PM | Permalink | 0 comments
Friday, May 05, 2006
Gadis kecil itu seorang pengamen….
Tangan mungil itu lincah menjentikan jarinya di gitar kecil warna ungu, kompak warnanya dengan baju olah raga yang ia kenakan dan bertuliskan SD Negeri Cengkareng Barat di pinggir celananya.

Lagu dari grup Samson yang ia pilih agar terdengar akrab di telinga penumpang bis kota malam itu. Suara yang mencoba untuk meraih nada-nada tinggi yang ia nyanyikan nyaris terdengar sebagai sebuah jeritan. Wah, seandainya ada mbak Ii pasti seribu kritik pedas yang akan dikomentarinya, pitch control lah, artikulasi lah atau bisa jadi kostum yang tidak sesuai dengan lagu dan situasinya...

Namun, ada pelajaran berharga ketika melihat anak sekecil itu sudah berani mengejar ‘impian’nya dan memenuhi kebutuhan hidupnya, atau bahkan keluarganya... siapa tahu?

Melihat dia memainkan gitar sambil bernyanyi dengan sesekali melihat jarinya sendiri yang menari-nari mengikuti grip yang sudah dihapalkannya, sambil menyibakkan rambutnya yang terhempas angin malam yang kencang dari sudut jendela...

Ada rasa iri di hati ini melihatnya, kok masih kecil sudah pintar memainkan gitar, salah satu alat musik yang saya ingin pelajari sejak dulu... kapan ya bisa se’pandai’ dia...

Saya yakin, belajar gitar itu tidak mudah, namun ketika ada tekad semangat atau terdesak oleh kebutuhan yang semakin kuat, semua hambatan itu bakal terlalui...
Lantas desakan apa ya yang bisa membuat saya bisa belajar menguasai gitar?
 
posted by Giel at 11:47 AM | Permalink | 0 comments
Selamat datang remaja, Hilda

Tanpa terasa ‘waktu’ itu datang tiga hari lalu…
Waktu yang kami nanti-nantikan
Waktu yang membuat kamu ada didunia remaja
Lewat sudah masa kanak-kanakmu
Kini, memasuki dunia yang penuh warna dan gejolak
Hati-hati dalam melangkah ya sayang...
Jadikanlah dirimu menjadi seseorang yang dapat membanggakan orang tua
dan orang-orang yang menyayangimu....
 
posted by Giel at 11:40 AM | Permalink | 0 comments
Tuesday, May 02, 2006
Tutup buku...
Dari sekian buku yang terisikan goresan pena penuh warna, saya harus menutup satu buku itu, untuk ketenteramanku dan kebahagiannya

Buku yang sangat penuh warna itu kini hanya menjadi sebuah kenangan… Buku yang memuat 5475 halaman berisikan kertas-kertas dari sepenggal perjalanan hidupku dari mulai menjajagi dunia perkuliahan di sebuah kampus negeri di Bandung hingga buku itu ditutup dengan kesadaran si penulis empat tahun lalu.

Dari setiap halaman kertas itu terlihat benang merah yang tidak terputus antara rasa sahabat dan sayang. Rasa yang membelenggu jiwa dari hari ke hari teramat sulit untuk ditampik. Rasa kasih yang mencoba terus untuk menembus batas dan dinding perbedaan membuahkan hasil yang diharapkan dapat saling mengikat selamanya.

Sayang, asa itu sudah tidak dapat bersarang lagi di hati. Kekuatan rasa itu semakin lama semakin hilang di telan oleh rasa lain yang sulit dihempaskan dan datang di bawah alam sadar.

Walaupun buku itu sudah ditutup tetapi masih sesuai dengan warna aslinya… goresan warnanya tidak akan pernah pudar… karena tidak ada seorangpun yang mampu untuk merubah warna kehidupan yang telah lewat….
 
posted by Giel at 2:10 PM | Permalink | 0 comments
Ketika ku menemukan arti berbagi kasih…..
Banyak hal yang akhirnya saya bisa rasakan dan menyadari bahwa alam ini sangat dapat merespon apa yang kita pikirkan… setelah saya telah cukup lama menjalin ‘kasih’ dengan komunitas meditasi di sebuah ‘istana kasih’ di daerah Kemang.

Saya sering mencoba untuk meditasi kosong di rumah ketika tepat jam online jam 10 malam… ada beberapa kejadian yang sangat membuat saya cukup terhenyak dengan responnya sang alam …

Ketika itu, saya hanya ingin konsentrasi dengan meditasi kosong, yang saya biasanya lakukan memberikan energi kasih ke tiga kondisi yang berbeda, yakni kondisi orang tua yang selalu sehat dan tenteram, kondisi kakak perempuan terdekat saya dengan anak-anaknya yang sehat dan bahagia, serta kondisi keluarga teman baik saya yang tenteram.

Beberapa hari kemudian, tiba-tiba saya teringat mamih saya di Bandung, segera saya angkat telpon dan menghubungi mamih. Setelah cerita kesana kemari, mamih mengatakan bahwa pada suatu malam, dia memimpikan saya datang ke rumah di Bandung, membawa tas coklat kerja saya dan hanya memandang mamih di luar pagar, mamih mengajak saya masuk ke dalam rumah, tapi saya berkata bahwa saya hanya ingin melihat mamih saja, kemudian saya pergi…. Setelah itu mamih terjaga dari tidur, menjelang azan subuh, dia yang sudah beberapa hari mengalami sakit pinggang dan sampai membuatnya tidak bisa ruku, ketika itu langsung bangun dari tempat tidur, mengambil air wudhu dan shalat berdiri , dan ruku tanpa merasakan sakit apapun… Subhanallah…..

Awalnya saya tidak terlalu terhanyut dari cerita yang mamih tuturkan, namun ada satu kalimat yang membuat saya tersadar betapa indah dan nikmatnya berbagi kasih… ketika itu mamih hanya mengatakan… Nuhunnya Gil tos ngado’akeun mamih (Terimakasih ya Gil, sudah mendoakan saya). Saya sungguh-sungguh tersentuh, seakan tenggorokan saya tersekat, saking menahan haru. Mata saya berkaca-kaca ketika itu, sampai saya menceritakan kejadian inipun ke Guru Meditasi dan Teman saya, saya masih tidak bisa menahan keharuan saya… masih terasa ada getaran haru itu…

Tanggapan Guru yang membuat saya lebih tersadar lagi dengan artinya sebuah sikap “tetap dalam kerendahan hati”, saat itu beliau hanya mengatakan, jangan berpikir siapa yang melakukan itu…. Ya… saya tidak pernah tau, siapa yang membuat semuanya berjalan begitu terintegrasi…. Saya hanya bisa bersyukur yang sesungguhnya bersyukur bahwa semua yang saya pelajari di pembelajaran kehidupan di kemang, sangatlah bermakna dan penuh arti.

PS: catatan harianku di tahun 2003
 
posted by Giel at 2:01 PM | Permalink | 0 comments