
Tapi nasib berkata lain, saya dieliminasi oleh mimpi saya tadi. Dua pilihan sulit yang harus saya putuskan, saya tinggal di tempat kos dekat dengan kantor atau memiliki rumah sendiri dengan ‘bonus’ jauh dari tempat kerja dan banyak menyita waktu. Akhirnya, Bekasi, salah satu kota penyangga ibu kota, menjadi pilihan saya untuk bisa belajar memelihara rumah sendiri setelah bergelut antara logika dan keinginan.
Sekitar 30 km jarak antara rumah dan tempat kerja di daerah Blok M, dimana awal tahun 2001 jarak itu dapat ditempuh dengan 45 menit atau satu jam saja, macet jarang sekali terjadi. Tak jarang saya bisa datang ke rumah ketika azan maghrib tiba. Tapi alamak, apa yang saya alami sekarang? bersama komunitas warga bekasi lainnya, waktu yang dibutuhkan melonjak menjadi 2 jam bahkan lebih, belum lagi macet yang membuat hati dan mental menjadi drop. Believe it or not, pernah beberapa kali saya pergi dari rumah jam 6 sampai di kantor jam 10! Edan rek! Dan terkadang tanpa tahu apa penyebab kemacetan hebat di tol saat itu.
Dibalik semua itu, ada hikmahnya sendiri saya memilih Bekasi, karena saya tidak memiliki kendaraan, omprenganlah yang menjadi pilihan terbaik saya. Pernah pake omprengan kan?
Pool omprengan tepat berada di komplek perumahan Galaksi, tempat dimana saya tinggal. Bisa terlihat mobil-mobil yang berderet rapi di atur oleh ‘preman timer’, dari mulai mobil ber AC atau Non AC semua ada! Dari mobil keluaran baru sampai mobil yang mau pensiun, pokoknya komplit! Dari mulai supir omprengan profesi sampai yang berdasi juga ada. Kita tinggal pilih. Namun sering juga lho, kami berlarian mengejar mobil yang lebih nyaman, pakai acara sikut-sikutan segala ha ha ha. Saya alami dari ongkos 2500 sampai sekarang yang di kenakan tarif 7500 per orang sekali jalan, not bad, mengingat… mengingat….
Setelah sekian tahun menjadi pelanggan omprengan, banyak sekali kejadian lucu atau menyebalkan yang terjadi diatas mobil itu. Pernah ada yang ngedumel sendiri, karena pengemudi sekaligus pemilik tidak mau melewati jalan pintas yang rusak, katanya “mobil jelek juga, gak mau ke jalan tanah” ha ha ha… atau ada yang aktif juga mencoba mengatur arah jalan, ‘ambil kiri pak, depan agak kosong…’, atau kesal dengan pemilik yang terlalu disiplin, tidak mau menyerobot he he he, dan setelah antri rapi dan lama eh…. mampir di pom untuk isi bensin… duh, mbok ya mobil itu diisi bensin waktu pulang gitu lho pak! Ha ha ha…
Satu kali kejadian yang membuat saya malu, waktu dulu omprengan ke Bekasi ada di areal parkir dekat gedung atmajaya. Waktu itu sudah agak malam, saya lihat ada mobil carry yang terparkir disana, di tempa sorot lampu jalan, terlihat bayangan orang yang sudah memenuhi mobil itu, namun jok depan masih terlihat kosong, dengan sigapnya saya buka pintu mobil itu dan hup! Saya duduk, namun mobil itu tidak lantas langsung bergerak, ketika saya lihat pengemudinya, bapak itu dengan senyum dikulum mengatakan, “maaf bu, saya sedang menunggu istri saya.. dan ini keluarga saya…” sontak saya lihat kebelakang diiringi oleh deraian tawa oleh seluruh penumpangnya! Hem…. Malu banget, tanpa mengucapkan maaf saya langsung ngibrit ke luar.. sambil sedikit marah.. kok parkirnya di tempat omprengan sih….. ha ha ha
