Tuesday, May 02, 2006
Ketika ku menemukan arti berbagi kasih…..
Banyak hal yang akhirnya saya bisa rasakan dan menyadari bahwa alam ini sangat dapat merespon apa yang kita pikirkan… setelah saya telah cukup lama menjalin ‘kasih’ dengan komunitas meditasi di sebuah ‘istana kasih’ di daerah Kemang.

Saya sering mencoba untuk meditasi kosong di rumah ketika tepat jam online jam 10 malam… ada beberapa kejadian yang sangat membuat saya cukup terhenyak dengan responnya sang alam …

Ketika itu, saya hanya ingin konsentrasi dengan meditasi kosong, yang saya biasanya lakukan memberikan energi kasih ke tiga kondisi yang berbeda, yakni kondisi orang tua yang selalu sehat dan tenteram, kondisi kakak perempuan terdekat saya dengan anak-anaknya yang sehat dan bahagia, serta kondisi keluarga teman baik saya yang tenteram.

Beberapa hari kemudian, tiba-tiba saya teringat mamih saya di Bandung, segera saya angkat telpon dan menghubungi mamih. Setelah cerita kesana kemari, mamih mengatakan bahwa pada suatu malam, dia memimpikan saya datang ke rumah di Bandung, membawa tas coklat kerja saya dan hanya memandang mamih di luar pagar, mamih mengajak saya masuk ke dalam rumah, tapi saya berkata bahwa saya hanya ingin melihat mamih saja, kemudian saya pergi…. Setelah itu mamih terjaga dari tidur, menjelang azan subuh, dia yang sudah beberapa hari mengalami sakit pinggang dan sampai membuatnya tidak bisa ruku, ketika itu langsung bangun dari tempat tidur, mengambil air wudhu dan shalat berdiri , dan ruku tanpa merasakan sakit apapun… Subhanallah…..

Awalnya saya tidak terlalu terhanyut dari cerita yang mamih tuturkan, namun ada satu kalimat yang membuat saya tersadar betapa indah dan nikmatnya berbagi kasih… ketika itu mamih hanya mengatakan… Nuhunnya Gil tos ngado’akeun mamih (Terimakasih ya Gil, sudah mendoakan saya). Saya sungguh-sungguh tersentuh, seakan tenggorokan saya tersekat, saking menahan haru. Mata saya berkaca-kaca ketika itu, sampai saya menceritakan kejadian inipun ke Guru Meditasi dan Teman saya, saya masih tidak bisa menahan keharuan saya… masih terasa ada getaran haru itu…

Tanggapan Guru yang membuat saya lebih tersadar lagi dengan artinya sebuah sikap “tetap dalam kerendahan hati”, saat itu beliau hanya mengatakan, jangan berpikir siapa yang melakukan itu…. Ya… saya tidak pernah tau, siapa yang membuat semuanya berjalan begitu terintegrasi…. Saya hanya bisa bersyukur yang sesungguhnya bersyukur bahwa semua yang saya pelajari di pembelajaran kehidupan di kemang, sangatlah bermakna dan penuh arti.

PS: catatan harianku di tahun 2003
 
posted by Giel at 2:01 PM | Permalink |


0 Comments: