Saturday, November 29, 2008
Memburumu di Taman Safari Indonesia…
Eits, bentar…. jangan marah dulu.. maksudnya bukan para blogger kok.. tapi hewan-hewan yang ada di Taman Safari Indonesia (TSI) yang terletak di sekitar Puncak, tepatnya di Desa Cibeureum, Kec. Cisarua, Kab. Bogor, Jawa Barat.


Rasanya saya mengunjungi taman ini sudah sangat lama. Disekitaran tahun 1986an lah, dan bersyukur rasanya saat Guru Foto saya, Om Budhi Ipoeng, mengajak hunting bersama di lokasi tersebut. Aiihhhh sukanya.


Berangkat di pagi buta, karena meeting point kami ada di lokasi tersebut. Masih terbayang juga bagaimana liku-liku jalan di area itu, dan ternyata tidak banyak yang berubah, hanya saja yang pasti binatangnya sekarang sudah sangat beragam dan banyak lokasi yang sudah dibangun secara terintegrasi disana.


Akhirnya kami bertemu, teman-teman motret dari sekolahnya Om Ipoeng, yang sempet berkali-kali juga kami bertemu, ada Mia Intan, Om Iwan, Ebert, Ilunk, dewi dan masih banyak yang laiinya, hanya lebih tiga puluh menit dari jadwal yang ditentukan yaitu pukul delapan, dikarenakan ada masalah di salah satu kendaraan yang ikut serta dalam rombongan. Walhasil mobil yang tersisa dipadati oleh penumpang mobil yang bermasalah dan rombongan saya dan teman saya. Mobil kami yang dikendarai oleh Om Ipoeng terasa sesak, jok tengah akhirnya kami lipat agar pergantian motret memotret menjadi lebih mudah pergerakannya. Terbayang kami di belakang berjumlah tujuh orang siap dengan kamera masing-masing dan kaca yang terbuka hanya ada pada dua sisi saja. Seru dan penuh gelak tawa akhirnya…


Susahnya terasa sekali motret binatang yang berkeliaran dari dalam mobil. Antrean mobil yang berjalan amat sangat lambat, masing-masing kendaraan ingin menikmati polah binatang yang ada. Om Ipoeng senantiasa memberikan masukan kepada kami bagaimana metering yang benar ketika membidik subyek, tapi teteeeeuuuuppp banyak juga yang blur karena mobil sambil berjalan pelan heheheheh ‘gak ahli aja gillllllllll’


Beberapa bidikan saya sharing disini ya….



Yang lebih komplitnya ada disini temans……ya ada disini…


Nah, selain melihat binatang-binatang, ternyata di sana banyak sekali program pertunjukan, salah satunya Cowboy Show yang setiap harinya bisa kita lihat di setiap jam dua siang di hari biasa dan di setiap jam satu dan jam tiga siang di hari libur / minggunya.



Jujur, di pertunjukan yang nyaris dua jam itu sangat tidak terasa, karena kita sangat dimanjakan oleh aksi-aksi pemain, termasuk binatang-binatang yang dilibatkan di pertunjukan itu. Layaknya sirkus dan kabaret saja. Betapa tidak, api dan air, sangat nyata didepan mata. Argghhh rasanya teman-teman blogger harus lihat langsung (ehhh apa udah yak.. rasanya mungkin si agil yang ketinggalan jaman hiks hiks).


Tehnik foto sangat diuji disini, karena kecepatan dan instict untuk memijit shutter sangatlah menentukan. Bagaimana tidak, kuda yang berlari cepat depan hidung berseliweran.. bisa dibidik dengan tehnik paning, pemian yang berjatuhan dari lantai atas, atau yang terbang… mengasikan….


Beberapa shoot saya sharing disni….






Ndak tahan liat air terjun kecil yang ada disana, kami ramai-ramai membidik dengan tehnik low speed… salah satunya ini…. Bagian atas adalah refleksi perahu berwarna warni yang berjejer rapi di atas danau kecilnya….




sayang melewati hari dieskitaran puncak, saya dan teman saya memutuskan untuk ambil moment sunset di sekiataran ruing gunung, tidak jauh dari TSI. Namun awan kelabu yang kami dapatkan, secara musim hujan gitu loh… hehhehe tapi teuteuupppp semangat gil! Dan ini hasilnya biasan mentari jingga yang pergi pamit meninggalkan umatnya dibumi….


Selamat malam cinta.....

 
posted by Giel at 12:50 PM | Permalink | 1 comments
Wednesday, November 12, 2008
Temukan cinta di keheningan alam
Berawal dari obrolan singkat, hanya sekitar tiga menit, dan tergegas tukar kartu nama dengan seorang Teguh Sudarisman, saat hunting bareng di Abah Abring tiga mingu lalu, membawa saya lebih jatuh cinta di suatu keheningan di suasana alam pedesaan yang masih sangat natural.. di Sawarna…

Jadwal keberangkatan Mas Teguh telah direncanakan ke lokasi Desa Sawarna, hanya terbatas teman terpilih saja, dan alhamdulillah saya termasuk yang ditawari oleh beliau untuk ikut ke dalam rombongan kecil itu. Awalnya saya ragu dengan ketidakpastian tumpukan kertas yang harus saya olah di kantor. Namun setelah dipikir dan saya diskusi tentang jadwal kerja di kantor dengan Bos saya, akhirnya saya mendapatkan waktu juga untuk ikut serta. Saya kirimkan pesan bahwa saya yakin dan pasti ikut dengan beliau. Untungnya seat masih kosong.. yippiiiiiiii… senangnya luar biasa.

Desa Sawarna dan sekitarnya memang telah ada didalam list saya untuk dipotret. Beberapa kali saya lihat spot disana amat luar biasa cantiknya. Semenjak kepastian itu saya sering melihat referensi-referensi foto di beberapa site. Diputuskan untuk berangkat pada jumat malam hari dengan meeting point di Dunkin Donuts di Plaza Semanggi jam 18.30. Segera saya meluncur ke lokasi menggunakan taxi agar tidak terlambat. Setibanya di sana, saya direkomendasikan oleh Mas Teguh untuk telepon salah seorang teman yang ikut bersama rombongan yang sudah menunggu disana, Fransisca. Sambil menunggu kedatangan teman lainnya, saya berbincang hangat dengan Siska yang rupanya sudah beberapa kali ikut pergi dengan Mas Teguh. Setelah molor beberapa waktu, kami akhirnya dijemput oleh Mas teguh dengan mobil Avanza yang tertulis kata di mobilnya “jalan-jalan”. Pas sekali dengan moment yang akan kita lewati bersama.. ya jalan-jalan. Kamipun dipertemukan lagi dengan rekan baru lainnnya, Rachelia dan Mas Arif Susanto yang dijemput di sekitaran Slipi.

Dengan dikemudikan mobil oleh Pak Mahfud yang suka motret juga ternyata, kami berhasil lolos dari kemacetan Jakarta keluar menuju wilayah serang diiringin hujan rintik perlahan di jam delapan malam saat itu. Di perjalanan itu suasana akrab sudah terasa, namun saya yang betul-betul capek memutuskan untuk tidur disepanjang jalan, hanya terbangun saat kami mengisi perut di sebuah rumah makan di kota Serang dengan menu persatean dan persotoan hehehehhe.

Saya betul-betul tertidur pulas, sehingga tidak menyadari saat ternyata kami sempat kehilangan arah alias kesasar beberapa kali di tengah hujan lebat dan diiringi petir dan gemuruh guntur. Saya hanya mendengar cerita mereka saja saat saya terbangun… hehehe dasar kebo nih si agil… maap ya teman….

Akhirnya, kami tiba di Desa Sawarna dijemput oleh Kang Hendi yang akan menjadi penunjuk selama kami berada disana. Mobil terparkir rapi di sebuah bengkel. Kami diarahkan jalan menuju sebuah jembatan gantung yang panjangnya nyaris 50m. Foto ini yang sebelumnya saya pernah liat, dan sekarang saya menginjakan kaki disana, dan harus melewatinya pas di tengah malam buta hehhehehe….

Ok, pasti teman blogger masih nggak ngeh dimana letak Desa Sawarna itu kan? Dari sisi geografis Sawarna terletak di bagian barat Pelabuhan Ratu, Provinsi Banten. Jika di lihat dari peta, desa ini dapat dijangkau dari dua arah yaitu dari Pelabuhan Ratu dan Malimping, Bayah. Namun, jalan dari/ke arah desa dari Pelabuhan Ratu lebih berkontur dan memiliki beberapa kelokan tajam, sehingga banyak yang menyarankan untuk memilih jalur Bayah Malimping saja ke arah desa tersebut. Terbukti, jalanan yang saat itu baru selelsai diaspal, walaupun ada beberapa jalan berkontur dan berkelok-kelok tapi tidak terlalu curam dan tajam.

Desa Sawarna menurut saya masih agak terisolir, dengan minimnya sarana dan prasarana yang terdapat disana, seperti halnya perekonomian yang masih sangat terpusat di kota Bayah, sekitar 20km dari desa ini. Padahal, melihat potensi yang luar biasa banyaknya yang terdapat disana seharusnya infrastruktur dapat lebih ditingkatkan sehingga obyek wisata yang menjadi andalan desa ini dapat tergali dan termaksimalkan. Ahhhh.. ayo bangun pemda setempat!

Kami menempati salah satu rumah penduduk berada persis disebrang rumah Kang Hendi. Rumah dengan tiga kamar, yang menjadi hak kami hanya dua kamar saja, karena pemilik rumah menempati satu ruang kamar tidur lainnya. Rumah penduduk khas di pedesaan dengan lantai berpelur semen. Cuaca agak lumayan hangat (lebih tepat sedikit lembab, sehabis hujan dan desa yang letaknya tidak jauh dari pantai pasti mempunyai karakterisitik panas suhu sehari-harinya). Sebelum kami pergi tidur, kami sempatkan berbincang denagn Kang Hendi tentang rencana dan strategi untuk perjalanan esok hari. Setelah kami semua menyepakati rute perjalanan sepanjang dua hari itu, kami langsung terbaring dan siap menjemput mimpi di sekitar pukul dua dini hari……

Pagi kami terbangun oleh alarm (alarm hp, alarm alam ‘baca kokok ayam’, dan alarm panggilan jiwa ‘baca ingin pipis’ heheheheh). Hap satu satu dengan susah payah akhirnya kami bangun dan mulai berjalan mengitari kampung segera melesat menuju pantai yang dekat dengan desa. Berharap untuk mendapatkan sunrise.. namun sayang pantai itu hanya bersahabat dengan sunset saja.. soalnya matahari pagi nyembul dari arah belakang perbukitan. Tak mengapa…. Masih banyak spot lain yang cantik pikir saya saat itu…

Geriliya hunting lebih banyak ke Human Interest, soalnya banyak nelayan yang baru saja datang ke pantai dengan membawa ikan yang lumayan banyak. Anak-anak yang membantu mengangkat perahu dengan berharap imbalan beberapa ekor ikan, menjadikan ajang subyek foto saya…. Beberapa foto saya sharing disini….




Aktifitas itu terus berjalan hingga kami harus menyerah pada panggilan hati untuk memenuhi keinginan dari cacing-cacing yang sudah teriak minta jatah… heheheheh Menu makan yang tersaji sangat menggoda selera, ikan goreng dan telur dadar, disertai sambal jahe ‘sayang saya tidak suka sambal’ tapi dari menurut teman saya sambal itu sangat dahsyat.. glek glek glek….

Perjalanan kami lanjutkan ke lokasi berikutnya Tanjung Layar, dengan berjalan menyisir pantai… sepanjang perjalanan saya melihat banyak sekali spot foto yang cantik… ahhh sangat luar biasa elok, sayang sekali perjalanan hanya dapat ditempuh dengan berjalan kaki atau sepeda motor saja….. Perjalanan sekitar satu jam akhirnya kamu tiba di Tanjung Layar sekitar pukul sepuluh pagi. Dari jauh sudah terlihat menakjubkan pemandangan alamnya… Dinamakan Tanjung Layar dikarenakan ada batu yang sangat besar yang menjulang dan berbentuk layar nelayan di tengah karang landai dan dikelilingi oleh tembok karang, sehingga ombak besar hanya menerjang karang disekitarnya saja….

Air laut kebiruan harmonis dengan langit biru yang cukup cerah, refleksi batu pada air jernih di sekitar karang yang landai membuat saya betul-betul jatuh cinta dengan spot ini…. Air tenang dan tidak dalam sehingga rumput laut yang berwarna kehijauan terlihat eksotis di antara kerlipan air yang tertimpa cahaya mentari… indahhhhhhh…..

Beberapa spot saya sharing disini ya….




Tak terasa matahari sudah tepat berada di ubun-ubun, saat waktunya kami meninggalkan surga kecil ini. Kami berjalan menyisir pantai lagi untuk menuju spot berikutnya dengan meniti bebatuan yang bertebaran disepanjang jalan... Sepanjang perjalanan menuju lokasi ini, Lagun Pari, kami dimanjakan betul dengan alam yang sangat cantik.. batu-batu yang tersusun rapi.. tekstur dan warna batu yang demikian beragamnya.. waaaaahhhh sulit diungkapkan disini….

Penawaran yang sulit kami tolak dari Kang Hendi untuk beristirahat sejenak sambil menikmati kelapa muda yang fresh from the oven (baca puunnya hehehehhe)… apalagiiiii coba yang kurang… menikmati alam cantik, disuguhi air kelapa segar dan kenyalnya daging kelapa muda… hmmmmmmm

Berjalan kembali kami menyusuri pinggiran pantai sambil sekali-kali kami berjalan di atas karang yang berlumut hijau… air yang hangat dan pijakan yang empuk, membuat kaki kami sedikit merasakan nyaman. Tiba di sekungan pantai landai berpasir sangat lebut dan putih… itu Lagun Pari…. Teriakan dan tawa bocah-bocah desa yang sedang bermain surfing dengan papan seluncur yang terbuat dari gabus, menambah pantai ini menjadi lebih hidup…. Hanya ada beberapa rumah disekitar pantai dan barisan perahu yang tertambat disana menanti untuk mengantar nelayan pergi melaut di sore harinya.

Ini lokasi Lagun Pari….



Lahap kami menyantap hidangan makan siang disini, dengan menu ikan bakar dan telur lagi beserta nasi timbel yang berasa harum karena diselimuti daun… nikmatnya duuhhhh……

Mendung datang tiba-tiba membuat kami mengurungkan niat untuk pergi ke spot gua Lalay. Kami memutuskan untuk pulang ke base camp beberapa saat setelah kami selesai makan siang. Perjalanan pulang ini melalui beberapa bukit yang harus kami daki.. beraaaaaaattttt secara sudah lama saya tidak pernah jalan kaki sejauh ini hiks… tapi tetap menyenangkan….

Kami tiba di rumah dengan selamat, arti kata kami tidak diguyur hujan… ahhhh syukurla.. selamat kamera kami… hehhehehe Kami hanya berisitiraat sejenak, karena sore harinya kami mencoba mencari sunset di pantai Pulau Manuk. Pulau kecil dengan bentuk seperti burung. Namun sayang dikarenakan mendung yang lumayan pekat, sinar surya sore tidak nampak saat itu, hanya goresan warna jingga dan sedikit biru dan awan abu pekat yang menyelimuti langit. Ini hasilnya….



Kami putuskan pulang kembali menuju rumah, dan mempersiapkan peralatan untuk hunting di esok hari (baca mencharge baterai dan hp yang semakin tipis). Kami tertidur lelap setelah makan malam di gazebo di tengah hujan rintik. Larut dalam keheningan alam suasana malam pedesaan…. Heniiiiiiiiiinggg………

Esok pagi kami terbangun dan langsung siap-siap menuju lokasi matahari terbit, kali ini tempatnya di perbukitan di belakang desa. Bukit yang baru ditanami oleh padi huma sekitar dua mingguan, sehingga antara padi dan tanaman liar lainnya tidak nampak jelas terlihat bedanya.. hiks… kami tunggu saat yang dinanti.. ahhh matahari akhirnya menampakan diri, hanya sulitnya untuk saya mencari framing atau foreground disekitaran lokasi.. duuuhhhhh pegimana iniiihhhhhhh??? Akhirnya tanaman yang melengking sendiri yang selalu saya jadikan subyek utamanya… diwilayah lain, nampak areal persawahan kering, perkebunan kelapa dan pantai… cantik juga saat terbias sinar mentari pagi…. Seperti inilah keadaannya saat itu…..



Hanya beberap asaat saja kami disana, kami putuskan pulang untuk sarapan dan melanjutkan perjalanan ke lokasi berikutnya, Gua Lalay. Gua yang terletak di sekitaran wilayah desa, namun tetap harus berjalan kaki selama 30 menit menuju tempatnya. Dinamakan gua lalay karena didalamnya terdapat banyak kelelawar (bahasa sunda = lalay). Memasuki wilayah gua, kami disarankan untuk membuka sandal, karena jalannan teramat licin. Tanah lempung yang tercampur air, sungguh memompa keseimbangan badan agar terjaga stabil. Apa yang bisa dilihat didalam? Subhanallah….. betapa agungnya… stalakmit dan stalaktit dengan bentuk yang luar biasa eksotis… warna-warni dari guratan batunya sangat beragam. Berjalan di lorong memakan waktu dua jam, memang kami lebih sering berhenti untuk mengabadikan maha karya yang teramat indah didalam gua. Seperti ini teman…..




Menjelang makan siang kami meninggalkan lokasi gua. Disepanjang jalan menuju pulang, banyak juga aktifitas masyarakat sekitar yang sempat terbidik. Wajah lugu dan pemandangan alami sungguh membuat jari saya tidak berhenti untuk menekan shutter…. Kapan lagi saya kesini ya…..

Sebelum pulang menuju basecamp, kami sempatkan mengunjungi pengrajin gitar yang sudah mampu menghasilkan guitar dengan kualitas yang sangat baik. Terbukti guitar tersebut banyak dipesan oleh pemusik di luar negri. Harga yang berkisaran 4-5 juta rupiah dapat diselesaikan dari dua minggu hingga stau bulan, mood juga mempengaruhi pengrajin kala membuatnya. Pemilik usaha ini yaitu Bapak Hudaya, seorang mantan kepala desa yang pernah menjabat lama di desa sawarna. Sosok pengusaha yang rendah hati dan sangat welcome dengan para pendatang…. Mereka bagian dari asset wisata yang ada didesa tersebut.

Sebelumnya saya ingin mejeng juga disini, beberapa foto candid waktu saya sedang mengeksekusi pesona alam Sawarna yang indah… Thanks a lot Mas Teguh…



Di album ini yang ingin saya ungkapkan, mengapa saya mencintai keindahan di keheningan alam.. ada di album saya yang ini.... disini....

Terakhir…..
Kata selamat jalan yang sangat dibenci akhirnya harus terlontar juga…
saat untuk berpisah dengan berjuta pesona yang tertatap
hanya mampu menjadi sebuah kenangan….
Sungguh, kujatuh cinta di keheningan alam…
Di Sawarna, intan berharga yang tersembunyi dibelantara surga negri….
 
posted by Giel at 12:30 PM | Permalink | 1 comments