Thursday, May 18, 2006
Let’s rock!
Musik adalah universal
Musik adalah suatu yang dapat kita rasakan tanpa harus kita mengerti….
Musik adalah suatu nuansa kehidupan yang mampu menciptakan damai….
Berbagai bentuk dan ‘bahasa’ musik, tetap kan dapat memberikan warna kebahagiaan di kehidupanmu!


Pasti seru nih pikirku, setelah mendapat kabar baik bahwa ‘bapak’ mau mengajak semua staf untuk nonton konser rock band asal negaranya, Perancis. Astonvilla yang dimotori oleh empat pria yang sangat handal memainkan alat musiknya sehingga musik yang mereka usung sangat enak untuk dinikmati dan membuat badan tak berhenti untuk bergoyang, tanpa perlu kita tahu apa arti lagu yang mereka bawakan, karena sebagian lagu yang mereka dendangkan rata-rata berbahasa “Eiffel”… Maklum, mereka yang sudah aral melintang di kehidupan bisnis bermusik lebih dari 15 tahun dan sudah menelurkan 5 buah album, namun sayang, dari berbagai sumber, di ketahui bahwa albumnya belum pernah release di negera kita, sayang….

Graha Bhakti Budaya, Taman Ismail Marzuki, tempat dimana konser berlangsung cukup ramai dihadiri oleh pengunjung lokal maupun asing malam itu. Kalau sudah begini, rasa nasionalisme mana sih yang tidak terusik, jika kedatangan tamu dari negaranya sendiri, pasti ada rasa ingin memberikan dukungan… gak salah kan?

Harga tiket yang relatif murah, dari Rp. 30,000,- sampai Rp. 50,000,- untuk VIP, didukung oleh lebih kurang 17 kontributor acara, terutama Centre Culturel Français (CCF), Pusat Kebudayaan Perancis, sehingga paket yang dikemas masih tetap mendahulukan kualitas, terasa dari sound system yang digunakan tidak asal-asalan, dan diharapkan dapat menarik pencinta dan pengamat musik. Buat saya pribadi semakin tahu saja, bahwa di negara yang menjadi kiblat mode dunia yang glamour, ternyata masih ada sisi gaya ‘urakan’nya, dari musik Astonvilla!



Lagu yang mereka bawakan sekitar lebih dari 10 lagu tanpa henti. Suasana hingar bingar digrebrakan oleh hentakan drum yang ditabuh oleh Grégory Baudrierg, suara melodi guitar yang meliuk-liuk oleh Emmanuel Barroux, beat yang menghentak dari betotan Bas Damien Habouzit, dan suara khasnya Frédéric Franchitti, berganti-ganti dengan suasana slow rock yang mereka bawakan, membuat sebagian pengunjung yang datang segera beranjak dari tempat duduk ke arah sisi panggung. Melompat-lompat, menghentak-hentakan kepala dan seluruh anggota badan bergoyang tanpa risi dan canggung. Ya, bagian ini yang asik ya….

Banyak info dari internet tentang Fred, sang vokalis yang bersuara kharismatik. Tapi buat saya, tidak hanya itu saja, selain suaranya, dia membuat saya lebih respek dengan apa yang dia pribadi lakukan untuk dunia musiknya. Hanya memiliki satu tangan yang normal, namun dapat memainkan keyboard dan perkusi yang dipantulkan ke dadanya dengan sempurna. Gayanya yang bebas bergerak mengikuti tempo irama dan mencoba berkomunikasi dengan penonton melalui tatapan mata dan senyum…. Panggung yang ditinggalkan dengan cara menghilangnya satu persatu personelnya, dari mulai vokalis, gitaris, basis dan terakhir drumer. Teriakan penonton yang tidak mau di tinggalkan begitu saja, akhirnya membuat mereka muncul lagi dan membawakan lagu penutup. Ucapan Terimaksih nampak fasih keluar dari bibir Fred, sampai ketemu lagi…. Merci! Sungguh, tontonan yang asik untuk terus dinikmati….

Konser Astonvila malam itu, dibuka oleh grup band asal jogja yang di lahirkan 2 tahun lalu, Nextofkin, yang akan launching album pertama mereka “Bolehkah Kupinjam Cintamu Sejenak” di Hard Rock cafe tanggal 28 Mei ini. Grup band rock ini sangat berbeda dengan grup band lainnya yang menjamur saat ini. Perpaduan kontras antara sentuhan musik etnik dan rock menciptakan suatu alunan nada yang unik. Rachel Saraswati, sang vokalis, sangat total berekspresi dikelima lagu yang mereka bawakan. Cengkokan lagam jawa yang dia lagukan saat mengenalkan masing-masing personilnya, gemulai jari tangan dan badannya saat menari dan menciptakan episode teater singkat, membuat penonton tertegun. Tanpa alas kaki dan hanya menggunakan kemben hitam dan dipadu dengan celana selutut sewarna dipadu dengan sabuk kain etnik warna biru berpayet, ditambah hiasan kontemporer di kepalanya, tidak mengurangi rasa dan jiwa konser rock malam itu. Sangat alamiah, cuek sekaligus menggigit… satu episode membuat saya merinding, ketika lampu gedung dimatikan dan vokalis memasuki panggung sambil membawa lampu centir dan menyanyikan langgam jawa…. Suasana trans dan misteri berhasil dia ciptakan! Konser Nextofkin ditutup dengan sebuah lagu yang berlirik satir, menyayat hati dan menggelitik para petinggi yang duduk di kursi pemerintahan dengan mengangkat satu pesan moral “Jangan biarkan Freeport merampas apa yang sudah seharusnya kita miliki”. Salut!



Konser rock yang bertajuk Astonvilla featuring Nexofkin berakhir tepat jam 11 malam, diprakarsai oleh CCF itu membuat saya bertanya…apa kita memiliki pusat kebudayaan Indonesia di negara Perancis yang secara rutin membuat program seperti ini guna mengangkat nama pemusik dan seniman kita berkiprah go-internasinal? Minimal biar mereka tahu saja, bahwa di negara kita tidak melulu dipenuhi oleh koruptor, teroris atau berita miring lainnya…. Hem…
 
posted by Giel at 10:59 AM | Permalink |


0 Comments: