Sunday, July 02, 2006
Banda Aceh di akhir bulan Juni 2006
Betul kan? Saya kembali datang mengunjungi kota yang semakin lama selalu saya kangenin ingin datang kembali, Banda Aceh. Biarpun datang hanya sesaat tapi tidak mengurangi rasa excitingnya saya untuk bergegas pergi ke sana. Tugas dari kantor yang menumpuk selama dua minggu berturut-turut diakhiri dengan pergi melawatnya saya ke kota itu.

Seperti biasa, dokumen yang harus saya bawa dan diserahkan ke BRR dikerjakan sampai tengah malam, koordinasi dengan delapan lokal konsultan dan 2 international konsultan cukup membuat kepala saya ingin pecah. Email dan telepon silih datang dan berlalu di setiap menitnya sementara banyak dokumen yang diterima masih harus diedit dan di set up ulang pula, namun kenapa tidak untuk tetap mencoba bersabar dan tetap berusaha menyelesaikan semuanya guna menghasilkan yang terbaik.. yah begitu lah… Beruntungnya saya memiliki teman-teman terbaik di kantor yang mendukung semuanya.

Setelah sempat tidur sekitar 3 jam, saya pergi di pagi hari buta pukul 4 subuh ke Bandara. Garuda yang menerbangkan saya cukup dibuat kerepotan dengan tingkah alam yang agak tidak bersahabat di pagi itu… banyak sekali guncangan yang kami rasakan, walaupun saya lihat awan sangat tipis, tidak bergumpal-gumpal.. cuaca cukup terang, tidak gelas sama sekali. Kalau sudah begini, ya hanya tinggal pasrah…

Ditemani ngobrol dengan seorang bapak kontraktor yang sedang membangun kantor Polda Banda Aceh sesaat dari mulai take off hingga guncangan itu terjadi, kami menjadi terdiam dan tenggelam di pikiran masing-masing. Akhirnya kami baca koran dan tertidur…

Sebelum landing, saya sudah menyiapkan kamera di tangan saya, tapi mendung dan awan abu-abu menggelayuti wilayah Banda, sehingga hasil foto agak buram… tapi tetap membuat saya cukup puas.





Ada pepatah untuk para pelancong yang datang ke wilayah Banda, di katakana bahwa jangan katakana ke Aceh kalau belum menginjakkan kakinya di pulau Sabang. Nah lho! Saya berarti belum sah dong dikatakan saya pernah ke Banda aceh…. Ada-ada aja! Buat saya, saya merasa tidak ke Banda Aceh kalau tidak mampir minum kopi di Warung Kopi Jasa Ayah di Ulee Kareng! Zlurrpppp

Saya sempatkan di akhir perjalanan saya di kota Banda mencicipi kopi nikmat itu, setelah saya mendapatkan ‘bonus’ bekerja lagi, merevisi dokumen yang kurang, di salah satu konsultan local sampai pukul 13.30 di lanjutkan ke BRR hingga pukul 15:00 dan akhrinya keliling kota untuk melihat lokasi calon ‘kantor’ proyek kami sebanyak 3 lokasi yang tersebar. Beruntungnya salah satu lokasi kantor menuju jalan Ulee Kareng! Hore hip hip hura!!! Duh, ini jalan yang paling saya kangenin he he he … yah, akhirnya masa sih sudah jauh-jauh tidak mampir walaupun hanya sebentar saja, menikmati satu cangkir kopi susu dan kue lantas kami berbegas untuk melihat lokasi rumah kantor lainnya.

Kelar dengan peninjauan dan interview dengan pemilik-pemilik rumah tersebut, baru terasa perut saya berontak, lapar sekali… Teringat akan promosi bapak kontraktor yang mengatakan bahwa ada makanan khas aceh yang patut dicoba, bayangkan si bapak itu mengatakan “lha, masa mbak agil yang sudah sekian kali datang ke Aceh belum pernah mencicipi makanan khas itu? Saya yang baru sekali saja, langsung ditawari oleh staf saya untuk mencicipi makanan itu!” weleh… si Bapak nih bikin malu deh.. lantas saya katakana bahwa saya lebih suka mencicipi Starblack Coffee-nya Banda Aceh.. lagi-lagi saya mendapatkan balasnya… “mbak, kopi itu sih bagian kaum laki-laki Mbak…!” wakakak… dua kali mendapatkan skak dari si Bapak itu akhirnya saya hanya bilang… “ok Pak, untuk yang sekarang saya akan berusaha untuk membuktikan apa yang bapak rekomendasikan!”…

Terngiang komunikasi konyol tadi pagi, akhrinya saya yang ditemani oleh Mas Gun (tenaga ahli yang sedang bekerja di Banda) dan Pak Hasbi (asli orang aceh yang bekerja di konsulat perancis dan menjadi mediator kami untuk mendapatkan lokasi rumah kantor), memohon Pak Hasbi untuk menunjukan tempat makan yang menyediakan makanan khas Aceh, Ayam Tangkap! Rupanya, lokasi rumah makan menuju ke bandara, so.. sekalian pulang…

Terbayang apa itu Ayam Tangkap? Saya agak tidak percaya dengan penjelasan Pak Hasbi bahwa ayam tangkap itu makanan yang terbut dari ayam segar yang baru ditangkap dari kandangnya dan kemudian langsung di potong! He he he… saya hanya komentari, mungkin ayam segar saja ya Pak? Tapi tetap dia berkilah, beda bu antara ayam segar dan tangkap…. kebayang enggak prosesnya dari mulai tangkap, potong, mencabuti bulu dan mengolahnya, lha kapan saya makannya?

Namun rupanya, makanan itu datang sekitar 15 menit setelah pemesanan. Apa yang saya lihat diluar dugaan saya… yang tersedia hanya dedaunan kering yang ditaburi bawang goring di piringnya. Pak Hasbi Ayamnya mana? Teriak saya… pak Hasbi tertawa.. dibawah daun-daun itu Bu, aduk aduk saja…. He he he Tapi ternyata, tidak salah apa yang di rekomendasikan si Bapak Kontraktor itu, masakan ini betul-betul khas. Yang menjadi beda adalah ayam itu digoreng beserta daun khas Aceh.. daun Temurai yang dapat kita makan pula, seperti keripik, garing dan gurih rasanya… dicampur juga dengan daun pandan yang digoreng plus cabai hijau utuh. Sekilat nasi sepiring tandas dengan cepat diiiringi suara garing dan renyah daun Temurai… jadi at least, saya hanya makan nasi dan daun temuari saja! He he he… saya katakana, wah, kalau saya tidak punya uang, cukup goreng daun ini saja ya untuk lauk nasi…. So, tidak alasan lain lagi jika saya harus kembali datang ke Banda Aceh.. semuanya nampak terasa pas di hati dan di rasa….
 
posted by Giel at 8:47 PM | Permalink |


0 Comments: