Friday, April 28, 2006
“Chicken soup for the soul” di setiap saat….
Nyaris setiap hari minggu siang, jika tidak ada kegiatan, saya menjalani ‘ngadi saliro’ dengan luluran di sebuah salon langganan saya di dekat rumah, di bekasi. Bukan apa-apa, saya merasakan kesegaran setelah melakukan proses pemijatan di seluruh badan saya.

Salah satu pemijat terbaik yang ada di salon itu, Mbak Puri, yang ketika itu membawa serta anaknya yang berusia sekitar 7 tahun ikut menemaninya kerja bersamanya. Anaknya, Putri, lari kesana kemari dengan baju barunya… Mbak puri bercerita bahwa dia dan suaminya akan mengantarkan anak semata wayangnya ke jawa, akan dititipkan pada kakak tertuanya dengan alasan sekolah disana lebih murah daripada di Jakarta, selain itu sungguh tidak memungkinkan kalau dia atau suaminya yang berhenti bekerja demi menjaga putri.

Saya hanya membayangkan betapa mereka berjuang untuk tetap bertahan hidup di kota yang biaya hidupnya sudah semakin tidak masuk akal untuk kalangan tertentu…Saat itu saya berniat ingin memberikannya tip lebih dari yang biasa saya berikan. Ada juga ‘pikiran jelek saya muncul saat itu’ ah… mungkin saja si Mbak Puri ini mau mengambil hatiku untuk mendapatkan tip yang lebih banyak, atau at least saat itu dia sedang membutuhkan uang.

Setelah selesai dilulur kemudian saya mandi, nah saat itu ada ketergarakan hati saya untuk memberikan tip, namun di lain hati saya berkata… nanti saja, toh pasti dia juga tunggu…. Saya yang biasanya di steam dulu, saat itu, saya langsung mandi cepat… setelah selesai, saya yang sudah mempersiapkan tip di saku, cepat keluar untuk menemui Mbak Puri, namun jawaban dari teman-2xnya baru saja mbak puri pulang, karna harus langsung ke terminal mengantarkan anaknya.

Saya berlari turun ke lantai bawah untuk mengejarnya… setelah selesai kewajiban saya di kasir, saya segera keluar, terlihat dia, suaminya dan si Putri sedang menyeberang jalan untuk mendapatkan angkotan kota. Saya tergopoh2x lari, menyeberang jalan sambil berteriak memanggil namanya. Sayang… secepat itu mereka mendapatkan angkot.

Sungguh, saya menyesal…. Saya menyesali diri kenapa ketika ada ketergerakan hati tidak langsung di kerjakan, padahal teman terdekat saya sering memberi contoh tentang ketergerakan hati pada saat akan memberikan uang kepada pengemis. Namun, saya terlalu dungu untuk tidak dapat mencegah ketika ‘negative thinking’ tentang dia datang merobek-robek keinginan saya berbagi kasih….

Ternyata, semua pemahaman yang saya dapatkan, belum cukup dapat membuat saya tersadar untuk diterapkan di kehidupan nyata sehari-hari… saya masih harus terus belajar untuk dapat mencermati di setiap saat yang terjadi disekitarnya….
 
posted by Giel at 1:40 PM | Permalink |


0 Comments: