Namun bukan berarti bahwa orang yang melakukan tindakan bodoh atau terlarang itu dikarenakan faktor nama yang diberikan itu salah atau tidak memiliki makna ya… soalnya, jelas pendewasaan dan tingkahlaku seseorang bukan hanya sekedar dari nama tapi dari banyak faktor, entah itu pendidikan, pergaulan dan atau lingkungan disekitarnya.
Saya merasakan nama yang timbul di era tahun 70 an sudah banyak sekali perubahan, artinya, nama seseorang, apalagi di jaman kiwari alias era globalisasi, sudah sangat bervariasi, bercampur bahasa, cantik, indah dan panjang-panjang, dan pastinya memiliki makna sendiri-sendiri. Kalau mau dibandingkan, lihat saja nama orangtua kita atau yang lahir di era jaman baheula, sederhana, pendek dan atau paling membubuhkan nama keluarga atau fam dibelakangnya. Budaya juga sangat mempengaruhi proses pembuatan nama, seperti budaya Batak yang mempunyai khas nama unik dari benda yang terlihat pertama kali ketika sang jabang bayi lahir, seperti yang diuangkapkan teman saya, Surita Sitepu… yang memiliki arti “Sisir”, karena benda tu lah yang terlihat pertama kalinya oleh bapaknya ketika si Utet ini lahir… Lain halnya dengan sunda yang memiliki pola diulang-ulang seperti Gugun Gunawan, Gingin Ginanjar… Itulah keunikan dari semua proses pemberian nama….
Penting gak sih posting tema begini, gil?
Dari arti nama hingga ke kebiasaaan seseorang ketika menyapa. Dari nama asli hingga ke nama panggilan sehari-hari. Beruntungnya orang tua saya tidak terlalu mempermasalahkan karena nama asli yang mereka berikan untuk saya jarang terdengar dan dipergunakan. Bahkan saya ingat, ada salah seorang dosen saya yang bingung dimana saya selalu hadir di kelas tapi seolah-olah tidak pernah menandatangani daftar hadir, karena hanya nama asli yang tertera di daftar absen. Di kartu nama perusahaan yang sekarang saya pun hanya mencantumkan nama penggilan saja, yang singkat dan mudah diingat, tetapi itu yang membuat ada pertanyaan lanjutan… kok namanya irit banget Mbak… dan sering pula terlontarkan kata maaf dari penelepon yang selalu menduga bahwa Agil adalah seorang laki-laki… hehehehe
Kini, saya hanya ingin berbagi tentang kebiasaan memanggil nama seseorang yang saya kenal. Ya…. hanya masalah kebiasaan saja kali ya, dan menurut saya itu relative dan berlaku general, karena memanggil nama seseorang, yang dengan catatan jangan sampai menyinggung yang mpunya nama, itu adalah hak semua orang dan sah-sah aja kan??? Biasanya, saya akan memanggil nama dari dua atau tiga huruf dibelakang nama orang tersebut, biarpun orang lain biasanya memanggil namanya dengan kata depannya saja. Contohnya, Dina, banyak yang memanggilnya dengan “Din…Din…”, tapi saya lebih menyukai memanggilnya dengan “Na…. Na….”, contoh lain… Citra, semua temannya selalu memanggil dengan “Cit” tapi saya memanggilnya dengan “Ntra”. Nah sekarang, nama kecil saya, Agil, dan beruntungnya semua kenalan saya memanggil dengan kata yang kompak “Gil….” bukan “Ag.. Ag…” ah terasa aneh di kuping kan!. Walaupun ada juga yang memanggil saya dengan kata yang lain… misalnya kucluk, yang atau hon… welehhhhhhh

Tapi rupanya sekarang saya kena batunya! Dasar! Apa karena lagi mellow ya… hmmmm memanggil nama seorang yang sebenarnya memiliki nama gagah dan bermakna dalam tapi bukan dengan kebiasaan saya ….
Ya, /Me.. (dibaca = Me…iiii) panggilan untukmu, moga berkenan… Beruntung di bulan Mei juga kamu dilahirkan, karena ternyata memanggil namamu dari dua huruf pertamamu lebih hangat dan indah….
berbahagialah yang tersebutkan namanya dalam tulisan :) Godbless you .. !!