Menikmati liburan Tahun Baru Islam
Pastinya segera saya larikan badan dan jiwa ini kemana lagi kalau bukan ke Bandung… berkumpul dengan orang tua dan bercanda dengan keponakan yang badung dan gak mau diatur tetap saja membuat saya terhibur. Sekalian drop cpu computer yang diperbaiki oleh teman di Jakarta, itu yang membuat keponakan saya lebih bahagia.. bukan apa-apa sih, ngetik mereka belum lancer banget, tapi games sambil denger CD yang mereka kangenin selama komputernya rusak… sialan!
Ke Bandung, rasanya gak ke Bandung jika tidak melewati makanan atau jajanan di pinngir jalan yang hmmm bikin ngiler (seperti sekarang ini). Nasi Bakar yang saya nikmati kali ini berada di Jl. Cimandiri (belakang Gedung Sate). Satu porsi harganya 8000 rupiah lengkap dengan potongan ayam, tahu, tempe, ikan asin dan sambal lalapan. Salut buat mereka, yang hanya jualan dengan satu gerobak dan pembakaran berukuran kecil, namun mampu menghasilkan 300 porsi perhari di hari biasa, sedangkan di hari libur bisa dua atau tiga kali lipat. Setelah kenyang makan nasi bisa langsung menyantap sop buah yang counternya tepat bersebelahan. Merogoh kocek 5000 sangat worthed dengan cita rasanya. Mampu membuat kita tersenyum lebar sambil ngusap-ngusap perut yang semakin membuncit kekenyangan heheheheheMenikmati kembali RSPP
Hari Senin tanggal 29 January saya sudah merasakan gejala sakit, badan drop, lemah letih, lesu (pokoke yang begitu gitu itu lah…) seperti masuk angin ‘duduk’ sampai membuat saya merasakan sakit seperti kecetit di ulu hati jika mau batuk, ambil nafas panjang atau bersin, tersiksa sekali. Di hari itu saya tetap masuk kantor, tapi semakin berasa sakitnya. Hari selasa saya coba kompres bagian yang sakit, karena saya masih trauma dengan sakit leher di tahun lalu, sore harinya saya mendatangi klinik dekat rumah. Seorang dokter yang sudah cukup tua, mencek dan langsung menyatakan bahwa saya pasti kena typhus! Weleh! Hari gini jangan ajakin becanda dong!
Saya dipaksa untuk mencek darah, walaupun saya bersikeukeuh bahwa saya sakit di bagian belikat, tapi masa sih pinteran saya ketimbang dokter sepuh… ya sudahlah, dengan terpaksa saya naik ke lantai dua untuk di ambil darah. Gak terhitung lima menit setelah saya ambil darah, saya terkulai lemah sekali dan nyaris pingsan, bukannya apa-apa ternyata memang seharian saya belum makan…. Fiuh! Betul saja, ternyata memang saya positif typhus. Dokter menyarankan saya untuk segera di rawat. Mempertimbangkan saya sakit belikat juga supaya tidak ada re-cek, saya memutuskan untuk ke RS Pertamina saja, soalnya track record sakit saya yang dulu ada di sana. Malam itu saya meluncur ke RSPP. Setelah cek ulang dengan dr Adji Suprajitno AR, SpPD, akhirnya jam 9 malam saya sudah merebahkan diri di ranjang RS di kamar 747.
Menginap di RS hingga senin dengan bonus infus dan suntikan tiga kali sehari, lumayan membuat saya ‘teler’, kerjanya hanya makan, tidur, baca Koran, liat TV saja. Kangen banget juga sih dengan internet hehehehe Alhamdullilah, sekarang kondisinya semakin baik dan baik. Oh ya, selama saya di RSPP memang saya tidak memberitahukan pihak keluarga dan teman-teman, saya gak mau merepotkan, seandainya taupun saya kira doa itu yang lebih penting…. Gitu kan? Tapi, seorang Bartley sangat kecewa dengan keputusan saya, dia yang tinggal di sekitaran LA sehingga tidak mungkin untuk datang menjenguk, sempat ‘menyerukan’ di shoutbox agar teman-teman saya yang berada di Jakarta segera menjenguk saya… hehehehehe….. thanks anyway my chubby cheeks and keep me always in your praying! HMILY…
Menikmati Banjir Massal Jakarta
Tiga hari mendapatkan hak untuk istirahat di rumah saya gunakan hanya dua hari saja, semakin lama istirahat semkain membuat saya lebih malas untuk melakukan aktifitas. Akhirnya, hari kamis hari pertama saya kerja kembali, seneng banget bisa ketemu teman-teman lagi dan yang pasti bisa mencek email dan jalan-jalan di dunia maya. Tapi rasaynya gak gitu deh, hari pertama langsung berkutat dengan segala hal yang tertunda. Kamis sore saya pulang ontime, inginnya istirahat segera di rumah. Hujan deras mengguyur wilayah rumah saat itu. Saya mengahadpi seperti hujan-hujan yang lalu, tanpa rasa was-was, wong sudah sekitar 6 tahun tinggal disana belum pernah air masuk ke dalam rumah. Saya sudah tertidur di jam setengah sembilan malam…. Zzzzz
Pukul sebelas malam dikejutkan oleh suara kentongan di tiang listrik pas depan rumah oleh satpam, saya terbangun dan ngintip ke luar jendela… ohlala, air sudah naik sampai ke teras, namun lagi-lagi pikir saya air itu pasti akan surut dengan cepat. Saya tunggu sambil liat tv di ruang tengah dengan kaki berselonjor di bangku sofa. Ketika mau ambil air minum dan kaki menginjak lantai… kecepyak! Air sudah menggenangi seluruh lantai rumah…. Makin lama makin tinggi hingga akhirnya setengah betis. Saya kontak kakak dengan paniknya untuk mint aide, saya lari kelantai atas atau saya keluar rumah. Ketika itu waktu sudah menunjukan pukul 12 lewat. Kakak menyarankan saya untuk keluar rumah tapi dengan syarat harus ada teman. Air meninggi hingga sebatas dengkul, saking paniknya saya hanya mengambil tas kerja yang tergeletak di tempat meja rias, masih menggunakan piyama beralaskan sandal jepit saya keluar rumah sambil memanggil satpam. Ditemani satpam berjalan kaki untuk mencari taksi dengan menerjang luapan air hingga dada.. terasa berat untuk berjalan dan bernafas…. Alhamdulillah, taksi ditemukan dan meninggalkan komplek perumahan menuju Kayu Putih. Selamatlah sudah…..Hari sabtu siang saya kembali melihat rumah, antara perasaan sedih melihat barang yang basah dan sisa lumpur tipis yang menyelimuti permukaan lantai dan perasaan bersyukur air dalam rumah sudah habis, sedangkan di sekitar lingkungan rumah masih banyak rumah yang masih digenangi air. Acara beres-beres rumah dilakukan nyaris sehari semalam dengan mengandalkan tenaga yang tersisa. Namun saying, kenyamanan itu hanya berlangsung semalam saja, di hari minggu pagi air menerjang lagi ke dalam rumah hingga semata kaki….. Ya Tuhan!
Sekarang, kondisi berangsur-angsur normal seperti sedia kala, walaupun listrik masih hidup mati hidup mati.. atua kalaupun hidup voltasenya sangat rendah… Cobaan ini harus saya syukuri…. Saya bisa lebih merasakan bagaimana susahnya hidup dalam keadaan yang sedang menghadapi musibah banjir…






wah kebanjiran to mbak....sabar ya mbak...apa mau aku bantu bersih2?