Ada satu kertas yang menarik perhatian saya untuk membacanya lebih lanjut. Kertas itu tertempel di mading salah satu resto café di Bogor dengan judul Rasa Sakit hati – semakin mendalam hubungan kita semakin besar batin yang melukai, tulisan yang disadur dari Smart FM pada tanggal 26 Mei 2006 pukul 23.30. Mudah-mudahan artikel ini bisa membantu… soalnya, siapa sih yang belum pernah mengalami sakit hati? Hiks! Sedih deh ya…
1. Tetapkan hidup anda harus berlanjut dan jangan biarkan anda terluka karena hidup harus berjalan terus
Chayo! Wake up! Semangat! Tatap dan songsong masa depan! Begitu kali ya kalau ada cheerleader yang menyemangati kita saat terluka… Jelas menumbuhkan rasa ini diperlukan daya dan upaya yang amat sangat besar, tapi kalau bukan dari kita, siapa lagi?
2. Ambil waktu untuk merenung di tempat sepi
Merenung sebetulnya bisa dimana saja ya… nggak selalu harus di tempat sepi, bisa dimana saja, apalagi ketika kita mendapatkan mood terbaik untuk merenung dan mengintrospeksi diri pasti bisa dilakukan dimana dan kapan saja.
3. Meditasi atau berdoa untuk melihat dan belajar menerima apa yang terjadi
Berdoa itu pasti harus dan wajib dilakukan karena mampu membuat jiwa kita merasa tenang. Apalagi jika diimbangi dengan kegiatan meditasi, akan mendapatkan jiwa kita merasa lebih tenteram. Meditasi yang diawali dengan sikap mental positif, memiliki sikap yakin, dengan penghayatan sepenuh hati dan sikap kepsarahan aktif (metode ini yang pernah saya dapatkan ketika saya aktif di suatu kelas meditasi di daerah kemang) dapat mencapai suatu keadaan seimbang dalam diri kita baik fisik, mental maupun spiritual. Dengan kondisi yang demikian tenteram, tanpa ada rasa takut dan rasa bersalah, kita dapat menerima keadaan apapun. Betapapun sakitnya rasa itu….
4. Berbicara pada teman terdekat, mohon untuk tidak berkomentar dan tidak menyalahkan anda, hanya sebgai pendengar setia saja dan tempat melampiaskan semua emosi
Setuju dengan kalimat itu, walaupun tidak hanya terbatas pada teman terdekat ya… bisa juga saudara atau siapapun yang kita percayai. Mungkin pada saat kita meluapkan emosi, memang rasanya percuma saja pendapat atau nasehat dari orang lain, rasanya basi dan seolah-olah tidak mau mengerti perasaan kita saat itu… Namun, alangkah baiknya ya… jika nasihat dan harapan itu kita dengarkan setelah emosi kita mereda….
5. Berusaha mencari kegiatan positif, seperti:
• Olah raga
Ini alternative yang baik juga apalagi kalau memang punya darah olahraga, apalagi kalau hobinya tinju atau olah raga yang nendang-nendang gitu… pasti membuat rasa marah kita terlampiaskan disitu…
• Menulis diary
Kalau ini buat para blogger juga kali ya… bisa mencurahkan isi hati dan atau harapan dapat membuat hati kita lega…
• Berbuat amal pada sesama manusia atau membatu orang lain
Wah kalau yang ini, bukan saat kita mempunyai rasa sakit hati aja kali ya… memang sudah selayaknya saja kita sebagai umat untuk berbagi kasih sayang di setiap saat.
• Pola pikir positif dengan melihat masalah dengan berani, karena rasa sakit hati yang terus berpura-pura tegar dan seolah tidak merasa sakit hati akan membuat kanker di kemudian hari.
Ini sebetulnya saat berkaitan dengan cara ke tiga diatas. Rasanya kita tidak akan pernah tega untuk mendoakan yang jelek atau yang tidak pantas kita mohon kepada yang kuasa….
Menangis, meratap dan bersedih
Jangan tertumpuk semakin jauh dengan diri anda yang terluka
dan janganlah balas dendam untuk melukai.