Sunday, April 30, 2006
Dia!
Dia yang kubenci jika berada disekitarku….
Dia yang menimbulkan rasa jijikku jika tersentuh…
Dia yang memiliki kulit putih kekuningan dan selalu mencari kehangatan….
Dia yang ternyata sangat dipercayai oleh sebagian orang karena decakannya…
Dia yang selalu membuatku kaget dan menjerit jika dia datang menghampiriku!

Aku tidak mau dekat dengan Dia!


Ps: Dia adalah seekor cecak.
 
posted by Giel at 5:36 PM | Permalink | 0 comments
Banda Aceh sekarang, miniatur dunia!
Hari pertama kerja saya di Banda Aceh pergi ke BRR (Badan Rekonstruksi dan Rehabilitasi) untuk menyerahkan dokumen tender dan dikenalkan beberapa orang oleh Bapak saya kepada orang-orang yang berkepentingan utnuk proyek ini. Bangunan khas emergency terbuat dari semacam almunium nampak sudah kokoh berdiri disana. Setelah berkeliling diantara ruangan bernomor itu, saya melihat banyaknya para ahli yang datang utnuk membangun Aceh menjadi lebih baik lagi. Mereka terlihat bekerja serius didepan laptop nya masing-masing.

Dari mulai yang berkulit hitam legam sampai yang bermata sipit, semuanya ada disana. Multi ras! Multi culture! Multi disilplin ilmu! Sehingga saya menyimpulkan, gak perlu jauh-jauh keliling dunia kalau ingin menemui berbagai macam karakter dan budaya dari seluruh dunia, karena semuanya ada disini. Di Banda Aceh.

Hanya teriris juga rasa hati, mendapatkan info dari supir taxi kami, bahwa kedatangan mereka memberikan dampak yang lain, yakni merusak pangsa pasar dan harga. Biaya hidup untuk dipenuhi satu keluarga, menjadi berlipat ganda. Ah, begitulah selalu ada yang dikorbankan untuk sebuah progam pembangunan.

Indah apabila mereka dan atau kita datang kesana dengan HATI, tidak datang mengatasnamakan keberhasilan programnya masing-masing tapi lupa dengan dampak yang dibebankan kepada masyarakatnya.
 
posted by Giel at 5:33 PM | Permalink | 0 comments
Banda Aceh, antara kopi dan laki-laki berhidung tinggi…
Malam itu, hari pertama, kami berlima menyempatkan diri untuk singgah di suatu warung kopi Wareeh, yang artinya keluarga, setelah kami makan malam di depan hotel… sungguh, baru kali itu saya makan malam banyak dengan menu ikan tongkol bumbu kari… zlruppp sedap, biasanya saya rada anti dengan bumbu kari, tapi untuk kali ini,gak ada ampun saya makan begitu lahapnya. Betul juga, dari beberapa info dari milis yang sudah pernah ke kota ini, mereka pada umumnya begitu membanggakan makanan yang enak dan tentunya kopi.

Warung kopi itu masih ramai di kunjungi, ada yang bergerembol, kebanyakan laki-laki, namun terlihat pula ada pasangan yang sedang mengorol, asik betul. Warung kopi itu, dan hampir rata-rata warung kopi yang ada disana, memakai pola bangku kayu dan kursi plastik yang bisa duduk nyaman dan santai, namun banyak pula yang hanya menggunakan bangku kayu sederhana.

Kami memesan kopi setengah manis, terbayang di benakku adalah sajian kopi dengan gelas besar dan panas, seperti di Jawa, namun ternyata tidak, mereka menyuguhkan dengan cangkir kecil, tidak ada ampas dan tidak begitu panas, sehingga bisa langsung di nikmati. Hirupan kopi pertama itu yang langsung membuat saya lagi-lagi jatuh cinta dengan rasanya. Betul yang dibilang Pak Nasir, supir taxi kami, bahwa banyak yang bilang kopi tradisional aceh begitu terasa hingga ke kepala.. ha ha ha… terbukti sudah!

Cukup satu cangkir kopi setengah manis untuk malam ini pikirku, khawatir tidak dapat tidur, namun ternyata tidak ada pengaruhnya, tetap saja saya bisa tertidur pulas malam itu.

Satu cangkir kopi setengah manis saya nikmati pula di siang hari tanpa ada rasa bosan, bahkan membuat saya cukup ketagihan. Saya memang penikmat kopi, sehari-harinya saya minum kopi di pagi dan sore hari di Jakarta, tapi baru kali ini saya angkat jempol untuk rasanya. Kopi tradisional itu diolah secara khas dengan cara direbus dengan panci besar dan di saring oleh kain yang diangkat tinggi-tinggi guna mengurangi rasa panas, sehingga jika kopi siap disajikan dapat langsung di nikmati.

Siang itu, saya menikmati kopi di sebuah warung yang cukup besar di Ulee Kareng, katanya direkomendasi dapat memuaskan untuk orang-orang penikmat kopi. Warung Jasa Ayah siang itu terlihat hiruk pikuk oleh penuhnya pengunjung disana, dari luar warung hingga ke belakang dekat parkir. Hampir semua gerombolan pengunjung adalah laki-laki, semenjak saya masuk hingga saya meninggalkan tempat itu, saya hanya melihat empat orang wanita, termasuk saya.

Pertanyaan kenapa banyaknya laki-laki yang datang, di jawab dengan kelakar oleh pak Nasir, Bu, biasanya yang minum kopi dan keluar rumah adalah laki-laki, perempuan mana sempat ngopi dan ngobrol seperti ini, mereka sudah terlalu disibukan oleh tugasnya di rumah… weleh, gender banget!

Namun cukup masuk akal juga, ngopi untuk warga aceh sudah merupakan budaya yang sudah mereka kenal sejak dulu. Tiga kali ngopi di warung kopi setiap harinya dianggap lumrah oleh mereka. Jangan heran, warung kopi yang tersebar nyaris di setiap 20 meternya terlihat ada saja pengunjungnya. Namun warung-warung tersebut tutup menjelang waktu Azan berkumandang, katanya hanya 30 menit saja, dan mereka akan buka kembali. Harga yang sangat terjangkau oleh kocek setiap orang, seribu rupiah per cangkir, membuat budaya ini pun memang sulit untuk di tinggalkan.

Lelaki Aceh yang saya lihat disana, kebanyakan berhidung tinggi, bermata sedikit tajam dengan kulit sawo matangnya, membuat mata saya lumayan terhibur… he he he. Gak perlu biaya extra untuk beli insto disini rupanya, cukup datang saja ke warung kopi! Ingin sekali waktu berbincang dengan mereka untuk tahu apa yang mereka pikirkan tentang maknanya budaya minum kopi setiap hari untuk mereka, karena saya pikir, aktifitas tersebut cukup menyita waktu. Hem, tapi mau gak mau ya, saya juga harus membiasakan diri dulu dengan ritmenya mereka, lha kapan saya kerjanya kalau saya disana?

Membayangkan minum kopi dirumah, membuat saya membeli beberapa bungkus kopi dengan harga yang relative murah, sepuluh ribu rupiah untuk 250gram. Namun, setelah dipraktekan dirumah sendiri, kopi masih enak tapi ada rasa yang kurang… tidak ada yang saya lihat laki-laki berhidung tinggi itu…..
 
posted by Giel at 5:26 PM | Permalink | 0 comments
Friday, April 28, 2006
Banda Aceh atau Kuta?
Girang rasa hatiku ketika bos di kantorku memberikan kesempatan untuk pergi ke kota Banda Aceh guna menyerahkan dokumen tender sekaligus mengenal lebih dekat para ‘pejabat’ yang berwenang di sana yang berkenaan dengan proyek yang akan (mudah-mudahan) kami kerjakan. Walaupun rencana kunjungan itu hanya sebentar, cukup dapat memuaskan keinginanku untuk melihat situasi dan kondisi kota yang semenjak ‘kejadian mengerikan’ itu terjadi, ingin aku singgahi...

Tak kurasakan betul betapa banyaknya dokumen yang harus aku persiapkan untuk dijadikan sebuah dokumen tender... Selama lima hari berturut-turut selalu pulang larut malam... semua rasa lelahku selalu aku hibur dengan impianku yang akan menjadi nyata dalam waktu dekat... Sabar gil, sambatku, bersusah-susah dululah dan bersedih-sedih kemudian… lho kok? ya, soalnya yang akan saya lihat adalah sisa kehancuran kota dari sebuah tragedi... bersenang-senangnya kapan? Yang pasti jawaban dari pertanyaan itu, adalah... go to somewhere gratis, he he he…

Dua hari sebelum pergi, Bos ku memberikan tips and tricks jika aku pergi ke kota itu, “agil, open your eyes and your mind… you will look at a ‘magic’ happened there and don’t forget to wear jilbab! It must be! I have a friend threaten when she wasn’t wear jilbab!, and be careful with a Acehness man” Ok Bos! Thanks anyway, it shows that you care of your staff!

Keluar dari ruang bos, membuat hatiku agak ciut.. oh ya baru ku ingat, aturan Syariat Islam yang baru di terapkan di daerah itu… oh la la, aku sampai lupa untuk mencari info tentang itu…. Coba kirim sms ke sobat Okol, ratunya kepiting, untuk minta info tentang ini, tapi tidak mendapat respon…. Ternyata si ibu ini memiliki dua nomor hp… hem….

Lain cara, coba cari info dari internet, di sela-sela sempitnya waktu yang semakin ketat, lebih ciut lagi setelah baca dari berbagai sumber tentang pencidukan beberapa wanita yang tidak menggunakan jilbab dan acara penyobekan baju untuk wanita yang menggunakan pakaian ketat… huh serem! Bahkan, ada berita tentang pencidukan dua wanita NGO di Hotel Sultan, dimana hotel itu tempat yang akan saya inapi!

Malam hari sebelum saya pergi ke Bandara di esok siangya, saya sempatkan kontak ke Bandung, doa orang tua adalah bekal wajib yang harus saya miliki sebelum saya pergi kemanapun! That’s my rule! Mamih sempat berkata, setelah saya ungkapkan sedikit kekhawatiran saya tentang wanita yang harus berjilbab disana, ya semoga setelah pulang dari sana, malah agil jadi terbiasa untuk menggunakannnya, amin…. Walaupun, dalam hati saya hanya bilang, aduh Mih… mohon maaf, rasanya sekarang saya belum mampu untuk menjemput Hidayah Allah SWT untuk menggunakan jilbab….

Selasa siang tanggal 18 April 06, kami, saya dan direktur di kantorku, diterbangkan Garuda ke Banda Aceh transit di Medan. Jadwal tertunda di Medan selama lebih kurang 2 jam, dikarenakan ada pesawat kepolisian pecah ban di lapangan terbang Banda Aceh, dan harus ditarik ke luar landasan… Beruntung ‘bapakku’ mengajak istirahat dan ngobrol dengan salah satu expat kami di lounge Garuda, saya langsung ambil tempat di kursi depan komputer yang disediakan, selain cek email saya sempatkan juga mengerjakan pekerjaan yang belum selesai. Jadi keterlambatan itu tidak membuat saya sebel sepenuhnya dengan keadaannya.. sempat juga ada rasa menyesal, karena saya tidak dapat langsung menikmati pemandangan sepanjang perjalanan dari Bandara menuju kota… Betul saja, saya hanya menikmati suasana sepanjang perjalanan di temani oleh lampu rumah dan beberapa bintang…

Ah ya, ketika kami boarding, bapakku membisikan untuk siap-siap menggunakan kerudung ketika pesawat akan lending di Banda, tanpa setahu beliau, memang saya sudah menyiapkan kerudung di ransel saya… Sebagian penumpang pesawat itu terisi warga asing, layaknya seperti perjalanan ke Bali.. Saya mengeluarkan kerudung ketika pilot memberikan informasi bahwa sebentar lagi pesawat akan segera mendarat di Bandara Sultan Iskandar Muda, Banda Aceh…namun saya tidak langsung memakainya, karena saya lihat banyak juga wanita yang tidak berkerudung saat itu, begitupun sesampainya kami di daratan negeri ‘serambi Mekah’ itu untuk mengambil bagasi, masih banyak yang polos-polos saja… akhirnya saya hanya mengantungkan kerudung itu di pundak saja… just in case!

Bandara yang sekecil itu penuh dengan para expatriate, seperti di Kuta! Penjemput dengan menggunakan mobil-mobil Ford yang beroda besar lalu lalang di depan kami, ketika kami menunggu taxi sewaan di depan halaman bandara… suasana sangat ramai! Saya sudah merasakan sangat senang sekali dapat menginjakan kakiku disini, walaupun dengan kondisi dan tujuan yang berbeda.

Perjalanan dari bandara ke hotel di Kota Banda lebih kurang 15 kilo, kami tempuh dengan waktu sekitar 15 menit… sepanjang jalan yang sepi itu yang terlihat hanya bayangan rumput liar dan sinar lampu dari kejauhan… Bapak Nasir, supir taxi sewaan kami, bercerita banyak tentang ‘jalan’ ini yang merupakan saksi bisu dari masa GAM kemarin… membuat merinding memang, tapi dia berkali-kali meyakinkan bahwa Banda Aceh sekarang relatif aman asal mengikuti dan menghormati aturan-aturan yang telah ditetapkan…. Pertanyaan selanjutnya dari saya, ya tentang aturan menggunakan kerudung itu, sejauh mana ketatnya dan berlaku untuk siapa saja mengingat sekarang banyak sekali pendatang baik dari negeri sendiri atau dari negara luar… apa di perlakukan sama? Apa sekarang masih ketatkah?

Pertanyaan-pertanyaan itu dijawab dengan lugas oleh Pak Nasir, bahwa semua itu kembali kepada diri kita yang dating sebagai tamu, dating ke ‘rumah’ yang sudah mempunyai pola aturan sendiri, ya memang sudah selayaknya lah kita menghargai tuan rumah… Memang sekarang tidak seketat dulu, entah di kota lain diluar Banda… karena, buat mereka, yang tidak menggunakan jilbab atau kerudung dianggapnya bukan orang Muslim, ‘tuh lihat saja Bu, itu tidak berkerudung.. yang itu juga… tuh yang naik motor juga…’ jadi memang ada juga yang tidak menggunakan penutup kepala… begitu ya….

Memasuki kota, barulah terlihat kerlap kerlip lampu kota, ah.. sudah cantik kok…. Walaupun ada beberapa bangunan yang masih terlihat belum di bersihkan dan dibiarkan begitu saja oleh si empunya…. Namun, boleh dibilang kota ini sudah mampu membuat pendatang tidak punya bayangan seram lagi….

Mata saya melotot dan mulut melongo ketika Masjid Baiturrahman kami lewati… Megah, cantik, elegan, kokoh dan tentunya daya spiritual yang teramat besar menyihirku untuk tidak dapat bias berkata-kata lagi selain.. subhanallah… leher kuputar sampai bayangan Masjid besar itu tidak tampak lagi… teringat kembali, ketika film dokumenter dari metro TV ketika tsunami terjadi! Saya harus masuk kedalam mesjid itu kalau ada waktu, batinku ….

Hotel sultan ternyata pas letaknya di pusat kota, kami masuki lewat dari jam 8 malam, simpan barang sebentar dan kemudian kami keluar lagi mencari warnet untuk print dokumen yang kurang dan membeli alat-alat stationery di toko buku. Kelar urusannya dari sana, kami kembali ke hotel, ada tenaga ahli kami yang bekerja di salah satu proyek kami, yang kami undang untuk bertemu malam ini.

Pertemuan malam itu, kami ber lima, akan saya ulas di coretan berikutnya. Menjelang tengah malam, kami berdua kembali ke hotel. Saya langsung tertidur setelah mencuci badan dan menyiapkan pakaian untuk saya pakai esok hari… tidur yang tenang gil, semoga tidak ada gempa malam ini, doaku….
 
posted by Giel at 5:45 PM | Permalink | 0 comments
“Chicken soup for the soul” di setiap saat….
Nyaris setiap hari minggu siang, jika tidak ada kegiatan, saya menjalani ‘ngadi saliro’ dengan luluran di sebuah salon langganan saya di dekat rumah, di bekasi. Bukan apa-apa, saya merasakan kesegaran setelah melakukan proses pemijatan di seluruh badan saya.

Salah satu pemijat terbaik yang ada di salon itu, Mbak Puri, yang ketika itu membawa serta anaknya yang berusia sekitar 7 tahun ikut menemaninya kerja bersamanya. Anaknya, Putri, lari kesana kemari dengan baju barunya… Mbak puri bercerita bahwa dia dan suaminya akan mengantarkan anak semata wayangnya ke jawa, akan dititipkan pada kakak tertuanya dengan alasan sekolah disana lebih murah daripada di Jakarta, selain itu sungguh tidak memungkinkan kalau dia atau suaminya yang berhenti bekerja demi menjaga putri.

Saya hanya membayangkan betapa mereka berjuang untuk tetap bertahan hidup di kota yang biaya hidupnya sudah semakin tidak masuk akal untuk kalangan tertentu…Saat itu saya berniat ingin memberikannya tip lebih dari yang biasa saya berikan. Ada juga ‘pikiran jelek saya muncul saat itu’ ah… mungkin saja si Mbak Puri ini mau mengambil hatiku untuk mendapatkan tip yang lebih banyak, atau at least saat itu dia sedang membutuhkan uang.

Setelah selesai dilulur kemudian saya mandi, nah saat itu ada ketergarakan hati saya untuk memberikan tip, namun di lain hati saya berkata… nanti saja, toh pasti dia juga tunggu…. Saya yang biasanya di steam dulu, saat itu, saya langsung mandi cepat… setelah selesai, saya yang sudah mempersiapkan tip di saku, cepat keluar untuk menemui Mbak Puri, namun jawaban dari teman-2xnya baru saja mbak puri pulang, karna harus langsung ke terminal mengantarkan anaknya.

Saya berlari turun ke lantai bawah untuk mengejarnya… setelah selesai kewajiban saya di kasir, saya segera keluar, terlihat dia, suaminya dan si Putri sedang menyeberang jalan untuk mendapatkan angkotan kota. Saya tergopoh2x lari, menyeberang jalan sambil berteriak memanggil namanya. Sayang… secepat itu mereka mendapatkan angkot.

Sungguh, saya menyesal…. Saya menyesali diri kenapa ketika ada ketergerakan hati tidak langsung di kerjakan, padahal teman terdekat saya sering memberi contoh tentang ketergerakan hati pada saat akan memberikan uang kepada pengemis. Namun, saya terlalu dungu untuk tidak dapat mencegah ketika ‘negative thinking’ tentang dia datang merobek-robek keinginan saya berbagi kasih….

Ternyata, semua pemahaman yang saya dapatkan, belum cukup dapat membuat saya tersadar untuk diterapkan di kehidupan nyata sehari-hari… saya masih harus terus belajar untuk dapat mencermati di setiap saat yang terjadi disekitarnya….
 
posted by Giel at 1:40 PM | Permalink | 0 comments
Thursday, April 27, 2006
Benalu…
Tidak ada yang mau menjadi benalu
Walau tempatnya di pohon kebahagian
Benalu ya tetap saja benalu
Yang dapat membuat bagian dari pohon itu menjadi kotor dan rusak
Dan akhirnya hancur.. tinggal menunggu waktu untuk dibuang...
Benalu sekecil apapun bentuknya, masih saja berfungsi sebagai perusak...
Apa ada jenis benalu yang dapat membuat pohon itu menjadi lebih segar?
 
posted by Giel at 2:04 PM | Permalink | 0 comments
Malam itu hanya ditemani oleh suara detik jam dinding di kamar tidurku…
Misteri alam teramat sulit terkuak
Kenapa?
 
posted by Giel at 12:31 PM | Permalink | 0 comments
Ada...
Ada langkah...
ada jejak...
ada kenangan...
ada indah...

ada yang masih ingat kah dengan ini?
 
posted by Giel at 12:28 PM | Permalink | 0 comments
Wednesday, April 26, 2006
Sleepy - Kebayoran - Bekasi
Huaaaahhh nguapku berkali-kali kuhembuskan sejak tadi siang, diantara rasa excite nya karena ada 'mainan' baru dan rasa penatku setelah empat hari ini disibukkan oleh persiapan pameran WATER WORLD DAY 2006 di PU.

Selama itu baru bisa 'ngapelin' kasurku yang empuk di atas jam 12 malam, dari mulai bantu design counter, upload a lot of photos dari intranet sampai angkat cetak di percetakan di daerah ja;an Fatmawati Jakarta... cukup melelahkan... Hasilnya? selain badan yang mulai terasa drop dan patah-patah (Anissa Bahar, pinjem istilahnya ya...).

Kebayang juga diantara rasa ngantuknya tadi, jarak antara kantor kebayoran dan rumah bekasi yang aduhai jauhnya, membuat mata semakin sepet dan enggan untuk diajak kompromi untuk melek... Duh! kalo ada bantal dan ada waktu buat meremin nih mata... betapa nikmatnya!

Inginku, rasa ini dibalas dengan aktifitas pra-mimpi, mandi air hangat, minum susu hangat dan mencoba tidur dengan hayalan-hayalan indah yang akan kuciptakan nanti....
zzzzzz zzzzzz sampai pagi besok menjelang....
 
posted by Giel at 3:35 PM | Permalink | 0 comments
How exciting i am!
Thanks God! betapa excitingnya agil hari ini, membuat blog sendiri (hem... telat yak? lumayan deh, dari pada enggak coba sama sekali...).

Thanks juga buat Okol, my crab monster, yang memberi inspirasi dan semangat kembali buat si agil untuk membuat blog ini, selain itu seorang Wahyudi yang sebetulnya mendorong si agil untuk membuat blog long time ago...

Ini, blog si agil ini, pembuktian buat mereka, betapa kalian adalah inspiratorku!
 
posted by Giel at 11:18 AM | Permalink | 2 comments